Internasional

Perang Masih Panas, Rusia Gempur 38 Kota di Ukraina

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 24/05/2022 17:00 WIB
Foto: Kendaraan artileri self-propelled Rusia, tank dan kendaraan militer berkumpul di jalan Tverskaya menuju Lapangan Merah selama latihan untuk parade militer Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, Rabu (4/5/2022). Pawai akan berlangsung di Lapangan Merah Moskow pada Mei 9 untuk merayakan 76 tahun kemenangan dalam Perang Dunia II. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia masih terus mengintensifkan serangannya di wilayah Ukraina Timur. Terbaru, Moskow dilaporkan menggempur 38 kota yang berada di sekitar area yang diperebutkannya itu.

Dalam keterangan Pemerintah Ukraina, serangan itu sendiri telah merusak infrastruktur sipil. Seperti bangunan hunian, sekolah, gedung kepolisian, dan juga apotek.


"Para penjajah menembaki 38 kota di oblast Donetsk dan Luhansk dan menghancurkan dan merusak 62 objek sipil, termasuk 53 rumah, sebuah perusahaan pertanian, taman kanak-kanak, cabang bank, sebuah apotek dan gedung administrasi kepolisian nasional," kata Satuan Tugas Pasukan Gabungan Ukraina dalam sebuah posting Facebook, Selasa (24/5/2022).

Akibat penembakan ini, setidaknya tujuh warga sipil tewas dan enam lainnya terluka. Meski begitu, hingga saat ini angka ini belum dapat diverifikasi secara pasti.

Rusia sendiri sebelumnya dilaporkan mundur dari beberapa kota seperti Severodonetsk. Kyiv mengatakan penarikan itu dilakukan Moskow untuk menggempur wilayah Sloviansk yang juga merupakan lokasi sentral di wilayah itu.

"Serangan di Severodonetsk adalah bagian dari serangan yang lebih luas di sepanjang garis kontak antara pasukan Rusia dan Ukraina," kata staf umum militer Ukraina pada hari Minggu kemarin.

Wilayah Luhansk dan Donetsk sendiri merupakan wilayah yang dikontrol oleh pemberontak pro-Moskow sejak 2014 lalu. Kedua wilayah itu dihuni oleh mayoritas masyarakat berbahasa Rusia. Beberapa hari sebelum serangan ke Ukraina, Kremlin bahkan mengakui status keduanya sebagai wilayah yang lepas dari kedaulatan Kyiv.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku bahwa pengakuan ini dilakukannya untuk mengembalikan marwah masyarakat berbahasa Rusia yang dipojokkan di negara itu. Ia juga menyebut pihak-pihak yang mendiskriminasi masyarakat bahasa Rusia itu sebagai Nazi yang melakukan genosida.


(tps/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rusia Klaim Rebut Desa di Dnipropetrovsk, Ukraina Membantah!