
Hiii, Ngeri! Amerika (Katanya) Mau Resesi...

Resesi AS diperkirakan akan memudarkan kepercayaan investor terhadap pasar saham Indonesia. Perubahan pelaku investor semakin mengincar safe haven seperti emas dan dan obligasi pemerintah Negeri Paman Sam.
Artinya, capital outflow dari pasar modal kemungkinan besar akan terjadi. Hal ini bisa dilihat dari penjualan bersih saham di Indonesia jika aksi jual asing terus berlanjut.
Saat pandemi Covid-19 perekonomian Indonesia mengalami terkontraksi yang menyebabkan konsumsi dan investasi Indonesia menurun. Resesi AS yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat akan berdampak pula terhadap negara kita.
Bukan tanpa alasan, AS merupakan mitra dagang utama dimana pada akhirnya membuat daya beli konsumen menurun sehingga menyebabkan permintaan ekspor seperti tekstil, pakaian jadi, olahan kayu, dan alas kaki merosot pada kuartal II-2022.
![]() |
Resesi di Negeri Stars and Stripes juga bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah. Saat terjadi capital outflow, maka risiko depresiasi rupiah pasti meningkat.
Melansir data Refinitiv, rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.630/US$ pada perdagangan kemarin. Sayangnya, penguatan tersebut hanya berlangsung sesaat, rupiah kemudian berbalik melemah hingga mengakhiri perdagangan di Rp 14.670/US$, melemah 0,14%.
Sepanjang perdagangan bulan ini, rupiah baru mencatat penguatan sekali saja. Jika melihat ke belakang, rupiah tidak pernah menguat semenjak pemerintah melarang ekspor minyak goreng, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya pada 28 April lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]