
Investasi Energi Hijau Baru 10%, Ternyata Ini Biang Keladinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa realisasi investasi di Subsektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) pada kuartal satu masih terbilang cukup rendah. Adapun angkanya baru mencapai US$ 0,4 miliar atau 10% dari target tahun ini yang ditetapkan sebesar US$ 3,98 miliar.
Direktur Jenderal EBTKE, Dadan Kusdiana menjelaskan bahwa secara umum, tantangan investasi pada Subsektor EBTKE pada tahun 2022 disebabkan diantaranya oleh kondisi over-supply pada sistem ketenagalistrikan. Khususnya wilayah Jamali dan Sumatera sejak pandemi covid-19.
Hal tersebut mengakibatkan mundurnya pelaksanaan proyek, terdapat resistensi masyarakat dalam pengembangan panas bumi, dan rendahnya ketertarikan perbankan nasional untuk berinvestasi pada bidang EBT yang dianggap memiliki risiko tinggi.
"Ditjen EBTKE telah dan terus berupaya melakukan monitoring dan fasilitasi dalam debottlenecking pembangunan proyek EBT, mengembangkan skema bisnis yang menarik bagi investor misalnya Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) Panas Bumi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/5/2022).
Lebih lanjut, Dadan membeberkan bahwa capaian investasi tersebut bersumber dari investasi untuk pengembangan aneka energi baru terbarukan. Diantaranya yakni PLT Surya, PLT Air/Hydro sebesar US$ 0,29 Miliar, Panas Bumi US$ 0,1 Miliar, dan Bioenergi US$ 0,01 Miliar.
Meskipun capaian investasi EBT masih jauh dari target, namun Dadan optimistis investasi akan terus meningkat. Terutama seiring dengan progres pembangunan proyek PLT EBT yang kapasitas pembangkit EBT ditargetkan pada akhir tahun 2022 bertambah sebesar 920 megawatt (MW).
"Capaian penambahan kapasitas PLT EBT pada Triwulan I yaitu 38 MW, sehingga saat ini total kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 11.569 MW," ujarnya.
Dadan berharap target investasi Sub Sektor EBTKE 2022 masih mungkin dicapai hingga akhir tahun nanti. Hal tersebut mengingat kegiatan ekonomi yang terus pulih dan kebutuhan listrik yang terus menunjukkan tren peningkatan yang sebelumnya sempat menurun signifikan sebagai dampak pandemi Covid-19.
"Penambahan PLT EBT tersebut telah mengikuti target sebagaimana yang tercantum dalam RUPTL PT PLN (Persero) 2021-2030," katanya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Transisi Energi Terbarukan Rentan Serangan Cyber, Bahaya!
