
Harga Batu Bara Meroket, Tapi Produksi RI Susah Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Momentum kenaikan harga batu bara di pasar global rupanya belum mampu dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia. Pasalnya, dari sisi produksi, cukup sulit bagi RI untuk menggenjotnya di atas target yang sudah ditetapkan pemerintah.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan bahwa dari segi regulasi, pemerintah memberikan fleksibilitas bagi perusahaan tambang yang ingin mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk peningkatan kapasitas produksi.
Namun demikian, peningkatan produksi nasional di tahun ini diprediksi akan sulit terjadi.
"Kalau secara regulasi fleksibel, tapi peningkatan produksi gak serta merta bisa tembus dengan angka tinggi," kata dia dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia, Selasa (17/5/2022).
Pemerintah sendiri pada tahun ini menetapkan target produksi batu bara sebesar 663 juta ton. Namun, Rizal pesimistis bahwa target tersebut dapat tercapai karena beberapa faktor dan tantangan yang dihadapi di lapangan.
Misalnya, masalah ketersediaan alat berat yang merupakan faktor utama pendukung produksi. Menurutnya, penyediaan pengadaan alat produksi tidak semudah yang dibayangkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama, mulai dari tiga bulan hingga satu tahun.
Selain alat berat, masih ada juga beberapa tantangan yang harus dihadapi perusahaan tambang terkait produksi, salah satunya curah hujan yang masih cukup tinggi di operasional tambang.
"Di sisi lain masalah administrasi, misalnya perizinan di Indonesia ini adanya hambatan karena adanya kesulitan dari pengesahan RKAB. Ini juga akan sulit meningkatkan produksi batu bara secara drastis, sehingga kita bisa memasok kebutuhan dunia sementara waktu," ujarnya.
Seperti diketahui, harga batu bara hingga kini masih bertahan di posisi tinggi di atas US$ 300 per ton. Pada perdagangan Senin (16/5/2022), harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Juni ditutup di level US$ 377,75 per ton, menguat 4,4% dibandingkan penutupan pada Jumat (13/5/2022).
Dalam sebulan, harga si batu hitam juga masih menguat 18,01%. Selama setahun, harga meroket 284,67%. Bahkan, pada awal Maret 2022, harga batu bara sempat menembus di atas US$ 400 per ton.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba) Irwandy Arif mengungkapkan, menambah produksi batu bara di dalam negeri tak semudah seperti membuat pisang goreng. Artinya, sangat sulit dilakukan.
Pemerintah tahun ini membidik target produksi batu bara Indonesia mencapai 663 juta ton, dimana sebanyak 497,2 juta ton dijual keluar negeri (diekspor) dan sisanya 165,7 juta ton untuk dalam negeri.
"Pemerintah sampai saat ini masih tetap pada rencana, bahwa di 2022 produksi batu bara akan berada di sekira 660 juta ton, yang akan segera dibuatkan aturannya," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Senin (7/3/2022).
Lagi pula, imbuhnya, menaikkan produksi batu bara di Indonesia tak seperti menjual pisang goreng, di mana ketika permintaan naik, maka penjual atau produsen dengan mudah menaikkan jumlah ketersediaan pisang gorengnya.
Pasalnya, untuk meningkatkan produksi batu bara, maka diperlukan peralatan yang tidak banyak dijumpai di pasaran. Belum lagi sumber daya manusia yang memadai.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nyaris US$ 400/Ton, Ini Ramalan Ahli Soal Harga Batu Bara