Kang Emil, Puluhan Tahun Warga Desa Ini Korban Jalan 'Neraka'

News - Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
09 May 2022 14:45
Jalan tak tersentuh pembangunan di Cianjur, Jabar Foto: suhendra

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga desa Padasuka, Cibinong, Cianjur, Jawa Barat berpuluh-puluh tahun masih merasakan 'jalur neraka' atau belum teraspal, berlumpur hingga membahayakan bagi kendaraan roda dua dan empat. Karena itu, pembangunan jalur tengah selatan (JTS) ditunggu masyarakat Jawa Barat bagian selatan.

Yang diharapkan juga dapat memacu perekonomian wilayah tersebut. Apalagi, lokasi kawasan ini hanya 70 km dari pusat kota Bandung, dan 200 km dari Ibu Kota Negara, Jakarta.

Padahal dari jalur Citamiang - Cirendeu yang merupakan akses masuk ke desa, merupakan seksi JTS Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 kilometer.

Pemerintah provinsi Jawa Barat sendiri sejak 2014 lalu sempat menjanjikan pembangunan Jalur Tengah Selatan (JTS) meski belum terlihat realisasinya sampai saat ini.

Bahkan masyarakat desa melakukan aksi menanam pohon di jalan dan memancing di kubangan jalan pada (7/5/2022), sebagai bentuk aspirasi protes.

CNBC Indonesia mencoba menghubungi Pihak Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat Bambang Tirtoyuliono dan Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian untuk mencari informasi kelanjutan proyek ini. Hanya saja belum mendapatkan respons sampai berita ini diturunkan.

Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini.  Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.Pemprov Jabar memang  sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)Foto: Kondisi Jalanan Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur, Jawa Barat yang Rusak (CNBC Indonesia/ Suhendra)
Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini. Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.Pemprov Jabar memang sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)

Adanya pembangunan JTS ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian wilayah Jawa Barat bagian selatan. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tergambar disparitas perekonomian di wilayah ini, dimana pada 2021 angka kemiskinan di kabupaten Ciamis 7,97%, Tasikmalaya 11,15%, Garut 10,65% , dan Cianjur 11,18%, Sumedang 10,7%, Indramayu 13%, Majalengka 12%, diatas rata-rata angka kemiskinan provinsi Jawa Barat sebesar 7,9%.

Mengutip Perpres No 87/2021 tentang percepatan kawasan Rebana Jawa Barat, kondisi jalan wilayah selatan masih cukup rendah.

"Konektivitas jalan di kawasan Jawa Barat bagian Selatan dikatakan masih cukup rendah," tulis Perpres itu dikutip Senin (9/5/2022).

Dengan kondisi disparitas kurang lebih ada 71,7% jaringan jalan di wilayah utara dan tengah, sedangkan hanya 28,24% yang ada di wilayah selatan. Selain itu tingkat pergerakan di kawasan Jawa Barat bagian selatan lebih kecil karena minimnya kegiatan yang menimbulkan bangkitan pergerakan penduduk secara masif.

Dari Perrpres itu juga disebutkan pertumbuhan ekonomi dapat dipacu dengan ketersediaan infrastruktur dalam konteks konektivitas. Baik jalur darat, laut dan udara.

"JTS sebagai poros barat - timur yang dapat menghubungkan kota/kabupaten wilayah selatan Jawa Barat," seperti tertulis dalam Perpres.

Padahal wilayah Jawa Barat bagian selatan memiliki keunggulan pada sektor agroindustri, perikanan, dan pariwisata. Seperti komoditas coklat, kopi, aren, karet, kelapa, manggis, padi organik dan jagung.

Selain itu juga ada komoditas unggulan seperti udang vaname, lobster, dan garam. Serta ada lokasi wilayah taman nasional seperti Ujung Kulon, kawasan Ciletuh - Pelabuhan Ratu UNESCO Global Geopark, serta berbagai pantai lainnya.

Hanya saja yang masih menjadi isu adalah konektivitas kawasan, baik antar kota maupun kabupaten dalam bagian Jawa Barat itu sendiri. Menyebabkan pembangunan pertumbuhan ekonomi kawasan Jawa Barat bagian selatan tidak dapat berjalan optimal.

"Faktor keterbatasan infrastruktur dasar yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis terutama aksesibilitas antara wilayah. hal ini pula yang menyebabkan masih cukup banyak kawasan di Jawa Barat bagian Selatan yang masih tergolong wilayah Tertinggal," tulis Perpres itu.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ya Ampun! Udah 2022 Masih Ada 'Jalan Neraka' di Dekat Jakarta


(dce/dce)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading