
Tak Mau Senasib dengan Shanghai, Beijing Tutup Fasilitas Umum
Beijing tak ingin bernasib sama dengan kota bisnis China tersebut.

Warga mengendarai sepeda di Central Business District (CBD) saat pemerintah menerapkan perintah kerja dari rumah bagi penduduk distrik Chaoyang di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19), di Beijing, China, Kamis (5/4/2022). Pemerintah Beijing memperpanjang pembatasan Covid-19 di tempat umum disusul penutupan sejumlah fasilitas publik seperti stasiun metro dan bus. (REUTERS/Tingshu Wang)

Perpanjangan pengetatan dilakukan merespon kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi di Shanghai. Sebab, Beijing tak ingin bernasib sama dengan kota bisnis China tersebut. (REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)

Dikutip dari Reuters, Rabu (4/5/2022), kota yang berpenduduk 22 juta orang ini menutup lebih dari 60 stasiun kereta bawah tanah dan 158 rute bus. Sebagian besar yang ditutup berada di distrik Chaoyang. (REUTERS/Tingshu Wang)

Sebagian besar stasiun dan rute yang berhentikan itu berada di distrik Chaoyang, yang merupakan tempat pusat wabah di Beijing. Sehingga hal itu membuat warga merasa sulit untuk bisa keluar ke mana-mana. (REUTERS/Tingshu Wang)

Jutaan penduduk tengah berada di bawah penguncian ketat, selama lebih dari sebulan. Pada Selasa malam kemarin, sejumlah kota lain juga telah mengumumkan pekerjanya untuk bekerja secara work from home (WFH) untuk Minggu mendatang.(REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)

Pemerintah mengatakan kebijakan tersebut adalah upaya untuk membuat kasus nol-COVID, yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin. (REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)

Namun, kebijakan tersebut dianggap telah merugikan konsumsi domestik dan output pabrik. Sehingga, mengganggu rantai pasokan global utama dan menyusutkan pendapatan untuk beberapa raksasa merek internasional seperti Apple, induk Gucci Kering, dan Taco Bell-owner Yum China. (AP Photo/Mark Schiefelbein)