
Singapura Sudah Menuju Endemi, Apa Indonesia Coming Soon?

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara telah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan kesehatan terkait Covid-19. Bahkan Singapura telah mencabut pembatasan Covid-19 pada 26 April besok dengan memudahkan persyaratan masuk bagi pelancong.
Kementerian Kesehatan Singapura, pekan lalu (22/4/2022) menuturkan pelonggaran dilakukan seiring menurunnya kasus harian Covid-19 di negara tersebut.
Singapura akan menghapus aturan pembatasan jumlah orang dalam sebuah kelompok dan memungkinkan kembali karyawan kembali ke kantor secara penuh. Dengan demikian, pusat keuangan Asia Tenggara itu diharapkan dapat kembali berjalan dengan optimal.
Pihak berwenang juga mengumumkan penghapusan persyaratan bagi pelancong yang telah divaksinasi untuk melakukan tes Covid-19 sebelum berangkat ke Singapura.
"Dengan perubahan-perubahan ini, kita sekarang dapat 'bernafas kembali', setelah 2 tahun yang sangat sulit dalam memerangi virus," kata Menteri Keuangan dan Ketua Bersama Gugus Tugas Virus Corona Singapura Lawrence Wong, seperti dilansir Reuters, Jumat (22/4/2022).
"Namun, mari kita selalu ingat, meskipun kita makin dekat dengan garis finis, tetapi balapan belum berakhir dan pandemi tentu belum berakhir."
Adapun, beberapa aturan akan tetap berlaku, seperti wajib memakai masker di tempat umum dalam ruangan dan di transportasi umum. Pembatasan juga akan tetap berlaku untuk individu yang tidak divaksinasi.
Perlu diketahui, Singapura saat ini merupakan negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi. Negeri Singa juga tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian akibat Covid-19 terendah di dunia.
Halaman Selanjutnya >> Kata WHO Soal Endemi
Direktur Program Kedaruratan Kesehatan WHO Michael Ryan mengatakan bahwa salah jika berpikir bahwa jika Covid-19 mereda akan menjadi endemi. Covid-19 belum masuk ke pola musiman dan tetap mampu menyebabkan epidemi besar.
"Jangan percaya endemi sama saja semuanya sudah selesai," kata Ryan seperti dikutip dari Aljazeera, Kamis (21/4/2022). Ia mencontohkan penyakit tuberkulosis dan malaria sebagai penyakit endemi yang masih membunuh jutaan orang per tahun.
Pemimpin Teknis Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove mengatakan virus Covid-19 terus beredar pada tingkat tinggi, menyebabkan "kematian dan kehancuran dalam jumlah besar".
"Kita masih berada di tengah pandemi ini. Kita semua berharap tidak demikian. Tapi kita tidak dalam tahap endemi, "katanya.
Ia menyebut terkendalinya penyebaran Covid-19 saat ini salah satunya karena faktor vaksinasi. Namun efektivitas vaksin Covid-19 menurun seiring berjalannya waktu dan bisa memicu kembali naiknya kasus.
Sekretaris Eksekutif I KPC-PEN Raden Pardede mengatakan Indonesia menjadi endemi kemungkinan terjadi setelah bulan Ramadhan tahun ini. Dia menduga kemungkinan terjadi pada kuartal II dan III 2022.
"Kita belum ada (waktu pasti menjadi endemi), tapi dugaan saya mesti bisa di kuartal II atau kuartal III ini," ujarnya kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Sementara itu, dia mengatakan perubahan ke fase endemi akan diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Termasuk juga dengan surat resmi dari Satgas Covid-19. Namun belum ada koordinasi lebih lanjut mengenai waktu yang tepat.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kemungkinan transisi menuju endemi terjadi setidaknya September 2022.
Namun dia mencatat apabila tidak ada mutasi virus baru dengan karakteristik berbahaya dan pada akhirnya menyebabkan laju penularan yang tinggi.
Dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI beberapa waktu lalu, BGS mengatakan kemungkinan reproduction rate di bawah 1.
"Jadi kalau Maret bisa di bawah 1, kita tarik 6 bulan dari Maret, kalau mudah-mudahan tidak ada varian baru, ya mudah-mudahan bisa kita atasi," kata Budi.
Dia juga mengatakan dalam rangka transisi endemi, self testing Covid-19 juga menjadi salah satu programnya. Pihak Kementerian Kesehatan akan mendorong penggunaan tersebut pada rapid antigen.
"Sudah ada izin edar juga di sini. Itu bisa kita pakai. Nanti kita sosialisasikan dan kita juga akan mempromosikan ke masyarakat agar lebih sering melakukan self testing juga di rumah," ujar Budi.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Bukan Menakuti, WHO Warning soal Endemi