Warning Bos IMF: Dunia Menghadapi Krisis di Atas Krisis

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
15 April 2022 14:15
FILE - In this Feb. 14, 2020 file photo, Kristalina Georgieva, Managing Director of the International Monetary Fund, attends a session on the first day of the Munich Security Conference in Munich, Germany.   Georgieva said Friday, March 27,  it is clear that the global economy has now entered a recession that could be as bad or worse than the 2009 downturn.  She said the 189-nation lending agency was forecasting a recovery in 2021, saying it could be a “sizable rebound.” But she said this would only occur if nations succeed in containing the coronavirus and limiting the economic damage(AP Photo/Jens Meyer, File)
Foto: Kristalina Georgieva (AP/Jens Meyer)

Jakarta, CNBC Indonesia - International Monetary Fund (IMF) memperingatkan saat ini dunia telah menghadapi guncangan krisis ekonomi global yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Peringatan itu disampaikan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam channel Youtube IMF, Jumat (15/4/2022).

"Dunia yang kita tinggali saat ini, tengah menghadapi krisis di atas krisis," ujarnya.

Pandemi Covid-19, kata Georgieva, saat ini belum berakhir. Ini karena kemungkinan adanya varian baru virus Corona bisa saja muncul atau bahkan lebih menular. Sementara daya beli masyarakat masih belum pulih sehingga tentu akan semakin melebarkan jurang antara negara kaya dan miskin.

Kedua, perang Rusia dan Ukraina juga menimbulkan gelombang kekhawatiran terhadap ekonomi di seluruh dunia. Hal tersebut tentu akan mempersulit pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 yang saat ini masih berlangsung.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, menurut Georgieva, inflasi menjadi bahaya yang sangat nyata bagi di banyak belahan negara di dunia.

"Ini adalah kemunduran besar bagi pemulihan global dalam hal ekonomi. Pertumbuhan turun dan inflasi naik. Dalam aspek kemanusiaan, pendapatan orang turun dua kali lipat," kata Georgieva.

"Krisis akibat pandemi dan perang semakin diperumit oleh fragmentasi krisis lain yang berkembang dari ekonomi dunia. Mulai dari teknologi yang berbeda, sistem pembayaran standar, dan cadangan devisa yang juga tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya," lanjutnya.

Perbedaan besaran ekonomi dunia itu jelas akan merusak rantai pasok atau jaringan produksi global. Negara miskin akan menanggung beban terberat akibat adanya krisis pandemi dan perang ini.

"Pemulihan global sudah kehilangan momentum sebelum adanya perang Rusia dan Ukraina, karena adanya penularan Omicron pada Januari silam. Hal ini juga membuat kami memangkas outlook pertumbuhan global kami menjadi 4,4% untuk tahun 2022," ujar Georgieva.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos IMF Puji Presiden Jokowi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular