Rakyat Makin Sulit: LPG, Migor, Listrik, Sembako 'Terbang'
Jakarta, CNBC Indonesia - Mulai 16 Maret 2022, pemerintah melepas harga minyak goreng (migor) ke mekanisme pasar. Yang diharapkan bisa mengurai krisis migor di dalam negeri.
Meski dengan embel-embel memberikan subsidi untuk migor curah. Dengan begitu, harga eceran tertinggi migor curah adalah Rp14.000 per liter atau Rp15.500 per kg.
Tak hanya itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menggelontorkan bantuan langsung tunai (BLT) Rp100 ribu per bulan mulai April 2022. Untuk menopang daya beli sekitar 20,65 juta warga RI dan 2,5 juta pedagang kaki lima (PKL) yang tertekan akibat berlakunya harga migor mekanisme pasar.
Jokowi bahkan mewanti-wanti penyaluran BLT yang diberikan sekaligus 3 bulan ini rampung sebelum Lebaran 2022.
Pemerintah juga bakal segera mencairkan bantuan berupa subsidi gaji sebesar Rp1 juta kepada pekerja berpenghasilan di bawah Rp3,5 juta per bulan. Dengan alokasi anggaran Rp8,8 triliun diperuntukkan bagi 8,8 juta pekerja yang tersebar di seluruh Indonesia. Bantuan ini pun ditargetkan harus selesai sebelum Lebaran 2022.
Langkah pemerintah menaikkan harga migor dinilai lebih efektif.
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, melepas harga ke pasar dibarengi pemberian BLT lebih efektif.
Dia mengatakan, dari sisi harga memang terlihat kurang elok, inflasi juga akan lebih tinggi, tapi dari sisi efisiensi dan efektivitas justru lebih baik.
"Dugaan saya pemerintah takut kalau inflasi terlihat tinggi. Padahal inflasi 4-5% masih bagus di Indonesia, saya yakin BI bisa handle ini," kata Lionel kepada CNBC Indonesia, Maret lalu.
Dengan BLT, harga dilepas ke pasar, dan pemerintah fokus kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Dengan begitu, moral hazard seperti penimbunan, pembelian berlebihan, penyelewengan bisa dicegah. Penegak hukum pun, ujarnya, tidak perlu repot lagi melakukan penggerebekan.
Hanya saja, komoditas yang alami kenaikan harga bukan migor saja. Padahal, masyarakat tengah berusaha bangkit dari efek domino pandemi Covid-19.
Dan, bukan hanya pangan. Warga RI pun harus merogoh kocek lebih untuk biaya energi.
Halaman 2>>
(dce/dce)