Internasional

Survei: Netizen China Anggap AS Pengganggu di Ukraina

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 April 2022 15:55
FILE PHOTO: Flags of U.S. and China are placed for a meeting at the Ministry of Agriculture in Beijing, China, June 30, 2017. REUTERS/Jason Lee/File Photo
Foto: Bendera AS dan China ditempatkan untuk pertemuan di Departemen Pertanian di Beijing, China. REUTERS/Jason Lee/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Zhao Lijian dengan tegas menentang dominasi Amerika Serikat (AS) dalam masalah Ukraina dengan Rusia.

"Saya telah mencatat jajak pendapat, yang mencerminkan suara untuk keadilan mayoritas," kata Zhao pada konferensi pers Selasa (12/4/2022), dikutip dari Global Times.

Komentar Zhao muncul setelah ada survei baru yang dilakukan oleh Huanqiu.com, yang menunjukkan hampir 90% netizen atau warganet China percaya AS adalah negara hegemon atau pihak yang mencoba mendominasi dan menjadi pengganggu dalam masalah Ukraina.

"Seluk-beluk masalah Ukraina yang sedang berlangsung sangat jelas. Langkah NATO yang dipimpin AS telah meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Ukraina ke titik puncaknya," tambah Zhao.

"AS, alih-alih mengambil tindakan nyata untuk meredakan situasi, terus-menerus menambahkan bahan bakar ke api, meningkatkan konflik, memaksa negara lain untuk memihak dan menciptakan efek mengerikan dari 'teman atau musuh'," kata Zhao. "Apa yang bisa diwakili ini selain hegemoni dan intimidasi?"

Pada 30 Maret, akun Weibo resmi Huanqiu meluncurkan serangkaian survei yang menanyakan pertanyaan netizen seperti "Apa peran AS dalam masalah Ukraina?" "Bagaimana melihat ancaman sanksi AS terhadap China?" dan apa pendapat mereka tentang "Strategi Indo-Pasifik AS".

Di antara tanggapan yang diterima Kamis, 89,2% responden percaya AS adalah mendominasi dan pengganggu dalam masalah Ukraina. Hanya 5,6%, atau 672 orang, yang menganggap AS jujur dan adil, sementara 5,2% mengatakan mereka tidak yakin.

Sekitar 92,2% responden percaya bahwa ancaman sanksi AS terhadap China adalah perilaku intimidasi dan pemaksaan yang tidak dapat menyembunyikan niat sebenarnya. Hanya 4,2% percaya AS bertujuan untuk mengakhiri perang dan mempromosikan perdamaian, dan 3,6% mengatakan tidak jelas.

Zhao menunjukkan bahwa AS juga terus-menerus menyebarkan disinformasi untuk menodai China dan mendistorsi posisi bertanggung jawab Beijing dalam memfasilitasi pembicaraan damai.

Menurutnya, hal ini menyimpan agenda untuk mengalihkan kesalahan, membuat provokasi, mengambil untung dari situasi dan mencari ruang untuk menahan China dan Rusia secara bersamaan.

Isu Ukraina telah mengungkapkan apa yang akan dilakukan AS dalam mengejar hegemoni dan intimidasi. Namun, daftar praktik AS yang serupa terus berlanjut, kata Zhao.

Zhao juga mendesak AS untuk menghadapi opini publik dunia, termasuk China, membuang Perang Dingin dan mentalitas mengompor-ngompori serta pemikiran usang untuk mencari keamanan dengan mengorbankan pihak lain sejak awal.

"AS perlu kembali ke jalan menegakkan kesetaraan dan keadilan internasional," tutupnya.


(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sengit! Negara Dekat RI Ini Jadi Target 'Adu Rayu' AS-China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular