Internasional

Nestapa Ekonomi Rusia: Ancaman Default dan Ambruknya Rubel

Lucky Leonard Leatemia, CNBC Indonesia
11 April 2022 19:44
nilai tukar mata uang euro terhadap rubel Rusia
Foto: Seorang pria berjalan melewati papan yang menunjukkan nilai tukar mata uang euro terhadap rubel Rusia di sebuah jalan di Saint Petersburg, Rusia (25/2/2022). (REUTERS/Anton Vaganov)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia terancam gagal bayar utang menyusul upaya pembayaran obligasi global yang jatuh tempo dalam dolar Amerika Serikat (AS) dengan menggunakan rubel. Pihak Kremlin pun siap mengambil langkah yang diperlukan untuk menghindari default.

Terkait hal tersebut, Rusia berencana mengambil tindakan hukum jika pihak Barat memaksa negara itu berada dalam status gagal bayar utang.

"Tentu kami akan menuntut karena kami telah mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa investor menerima pembayaran mereka," tutur Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov kepada surat kabar Izvestia, sebagaimana dikutip Reuters, Senin (11/4/2022).

Dia mengatakan siap membuktikan komitmennya tersebut di pengadilan yang diyakini bakal mengonfirmasi upaya Rusia untuk membayar utang, baik dalam mata uang asing maupun rubel. Namun, dia tidak memerinci lebih lanjut tindakan apa saja yang akan diambil.

"Ini tidak akan menjadi proses yang mudah. Kami harus sangat aktif membuktikan kasus kami, terlepas dari semua kesulitan," katanya.

Adapun, Rusia tengah menghadapi gagal bayar utang pertama dalam lebih dari satu abad setelah membuat pengaturan untuk melakukan pembayaran obligasi internasional dalam rubel pada awal pekan ini, meskipun pembayaran itu jatuh tempo dalam dolar AS. Pekan lalu, Siluanov mengatakan Rusia akan melakukan segala kemungkinan untuk memastikan krediturnya dibayar.

Siluanov mengatakan kewajiban eksternal Rusia berjumlah sekitar 20% dari total utang publik, yang mencapai sekitar 21 triliun rubel (US$ 261,7 miliar). Dari jumlah itu, sekitar 4,5-4,7 triliun rubel merupakan kewajiban eksternal.

"Jika perang ekonomi dan keuangan dilancarkan terhadap negara kami, kami terpaksa bereaksi, sambil tetap memenuhi semua kewajiban kami," kata Siluanov. "Jika kami tidak diizinkan melakukannya dalam mata uang asing, kami melakukannya dalam rubel."

Sementara itu, rubel tercatat melemah tajam pada perdagangan Senin (11/4/2022). Hasil itu sekaligus menghentikan reli yang sempat terjadi pada pekan lalu.

Rubel telah jatuh nyaris 5% ke level 79,9 per dolar AS dan 4,3% ke level 86,35% terhadap euro.

Sebelumnya, bank sentral mengatakan akan membatalkan komisi 12% untuk membeli mata uang asing melalui broker mulai 11 April dan mencabut larangan sementara menjual uang tunai valuta asing kepada individu mulai 18 April.

Menurut Alor Brokerage, keputusan untuk membatalkan komisi 12% pada pasar valuta asing berarti spekulan akan dapat berdagang lagi. Hal tersebut akan membuat pelaku pasar cenderung untuk mengunci keuntungannya.

Adapun, rubel masih mendapatkan dukungan dari konversi wajib 80% pendapatan valuta asing oleh perusahaan yang berfokus pada ekspor serta dari suku bunga tinggi, meskipun bank sentral secara tak terduga memangkas suku bunga utamanya dari 20% menjadi 17% pada pekan lalu.

Analis ITI Capital mengatakan Rusia menerima sekitar $1,4 miliar per hari dalam pendapatan ekspor dan rubel dapat menguat lebih jauh, mengingat kontrol modal Rusia dan menyusutnya impor.

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular