
Krisis Pangan Dunia Itu Nyata! Ngeri...

David Malpass, Presiden Bank Dunia, khawatir banyak negara akan memilih mengamankan pasokan pangan masing-masing sehingga enggan mengekspor ke negara lain. Bukannya memperbaiki, ini malah semakin memperparah krisis pangan dunia.
"Dalam waktu beberapa pekan saja, jumlah negara yang menerapkan pembatasan ekspor pangan meningkat 25% menjadi 35 negara. Pada akhir Maret, 53 aturan perdagangan baru terkait pangan ditetapkan, di mana 31 di antaranya adalah pembatasan ekspor.
"Sejarah membuktikan bahwa ini adalah kebijakan yang salah dan kontraproduktif. Satu dekade lalu, kebijakan ini memperparah krisis pangan karena menyebabkan harga gandum melonjak 30%," tulis Malpass dalam kolom di Barrons.
Krisis pangan, lanjut Malpass, adalah bencana untuk semua orang. Namun yang paling merasakan adalah rakyat miskin.
"Pertama, negara-negara termiskin dunia cenderung berstatus sebagai importir pangan, Kedua, makanan setidaknya menyumbang separuh dari konsumsi rumah tangga miskin.
"Krisis pangan 2008 menyebabkan peningkatan malnutrisi, khususnya pada anak. Ada studi yang menunjukkan tingkat putus sekolah di keluarga miskin meningkat sampai 50% saat terjadi krisis pangan. Sebuah kerusakan yang tidak mudah diperbaiki," terang Malpass.
Meski krisis pangan dunia di depan mata, Malpass menilai risiko itu masih bisa dihindari. Meski ada gangguan pasokan dan distribusi akibat perang, tetapi dia menilai sejatinya tiga komoditas pangan utama (beras, gandum, dan biji-bijian) masih relatif tinggi.
Oleh karena itu, Malpass menegaskan bukan saatnya untuk memberlakukan kebijakan larangan ekspor. Menjaga agar arus perdagangan pangan dunia tetap lancar menjadi sangat penting, apalagi di tengah tekanan krisis geopolitik.
"Pasokan pangan yang tidak terkendala akan bermanfaat bagi penduduk seluruh negara. Ini juga memberi pemerintah keleluasaan dalam mengantisipasi syok yang disebabkan perang Ukraina," tutup Malpass.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]
