Pertalite dan Gas Melon Naik, Awas Inflasi Melejit!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana menaikkan harga BBM jenis Pertalite dan Elpiji 3 kilogram (kg). Jika kedua barang tersebut diputuskan naik maka inflasi Indonesia diperkirakan akan melonjak.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan kenaikan Pertalite hingga 10% bisa menyumbang inflasi sebesar 0,32 poin persentase (ppt). Sementara itu, kenaikan harga Elpiji 3 kg hingga 10% bisa mendongrak inflasi sebesar 0,35 ppt.
Besarnya sumbangan inflasi tidak bisa dilepaskan dari tingginya jumlah pengguna Pertalite dan LPG 3 Kg di Indonesia. Pertalite adalah BBM yang banyak digunakan masyarakat Indonesia. Penjualan Pertalite pada 2020 mencapai 18,13 juta kilo liter (kl) sementara Pertamax sebanyak 8,64 juta Kl dan Pertamax sebanyak 4,05 juta kl.
Sementara itu, berdasarkan APBN dan Nota Keuangan 2022, volume konsumsi/penyaluran LPG tabung 3 kg mengalami tren peningkatan dari 6,3 juta metrik ton pada 2017 menjadi 7,5 juta metrik ton pada 2021. Untuk 2022, volume Elpiji 3 kg ditargetkan sebesar 8 juta metrik ton.
Saat ini, harga Pertalite dijual dengan banderol Rp 7.650 per liter. Kali terakhir pemerintah menaikkan harga Pertalite adalah pada 2018 lalu. Sementara itu, harga Elpiji 3 kg tidak pernah naik sejak 2008.
Pemerintah telah menaikkan harga Pertamax naik per 1 April 2022 menjadi Rp 12.500 sampai Rp 13.500 per liter dari sebelumnya Rp 9.000 sampai Rp 9.400.
Bank Mandiri memperkirakan kenaikan Pertamax menyumbang inflasi sebesar 0,2 ppt. Sementara itu, ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan setiap kenaikan Rp 2000 Pertamax akan menyumbang kenaikan inflasi sebesar 2,62 ppt.
Bank Mandiri memperkirakan pemerintah akan membutuhkan waktu untuk menaikkan harga Pertalite dan tabung LPG 3 kg untuk menekan inflasi.
Menurut Bank Mandiri, pemerintah bisa saja menggunakan tingginya penerimaan negara dari sektor komoditas untuk menambal subsidi BBM dan LPG 3kg.
"Kami perkirakan pemerintah akan mempertahankan harga Pertalite dan Premium untuk menghindari besarnya dampak inflasi ke pemulihan ekonomi," tutur Bank Mandiri dalam laporannya Macrobrief Inflation, 1 April 2022.
Sebagai informasi, pemerintah telah menetapkan Pertalite sebagai Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) sama halnya seperti Premium sebelum tahun 2015. Penugasan tersebut membuat harga Pertalite dijual jauh di bawah harga keekonomian.
Sejumlah lembaga telah merevisi proyeksi mereka terhadap inflasi Indonesia menyusul kenaikan komoditas pangan dan energi. Asian Development Bank (ADB) menaikkan proyeksi inflasi Indonesia untuk tahun 2022 menjadi 3,6% dari sebelumnya 2,7%.
UOB Bank telah merevisi proyeksi inflasi mereka dari 2,4% ke 3,3% menyusul adanya kenaikan komoditas energi dan pangan. Proyeksi tersebut sudah menghitung kemungkinan kenaikan harga BBM.
"Kenaikan harga energy dan pangan di tingkat global telah menambah tekanan inflasi lebih cepat dibandingkan proyeksi awal kami," tutur Enrico Tanuwidajaja dalam laporan Quarterly Global Outlook 2Q 2022: The Price Of War.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengingatkan yang harus diwaspadai dari kenaikan harga BBM adalah dampak lanjutan atau second round effect serta meningkatnya ekspektasi inflasi.
Berdasarkan catatan BPS, kenaikan BBM memberi dampak sangat besar ke inflasi bulan berikutnya karena faktor second round effect dari kenaikan harga produksi dan transportasi.
Pada 2013, saat harga BBM dinaikkan pada November, inflasi pada bulan tersebut naik menjadi 1,5% month to month (MoM) sementara inflasi Desember melonjak ke level 2,46%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)