Perang Rusia-Ukraina Makan Korban, Ini Dampak ke Eropa-Asia
Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan Rusia ke Ukraina tidak hanya berdampak pada krisis kemanusiaan, tetapi juga ekonomi global. Dunia pun ikut merasakan efek pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi yang lebih cepat akibat serangan Kremlin.
Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), Rusia dan Ukraina adalah produsen komoditas utama dan perang kedua negara tersebut langsung menyebabkan harga global melonjak, terutama untuk minyak dan gas alam. Biaya makanan melonjak, dengan gandum, di mana Ukraina dan Rusia menyumbang 30% dari ekspor global.
"Kenaikan harga makanan dan bahan bakar yang lebih tajam dapat memicu risiko kerusuhan yang lebih besar di beberapa wilayah, dari Afrika Sub-Sahara dan Amerika Latin hingga Kaukasus dan Asia Tengah, sementara kerawanan pangan kemungkinan akan semakin meningkat di beberapa bagian Afrika dan Timur Tengah," kata IMF dalam blognya, dikutip Kamis (7/4/2022).
Berikut dampak perang Rusia-Ukraina di berbagai wilayah, berdasarkan data IMF:
Eropa
Jumlah korban perang sudah sangat besar di Ukraina. Sementara sanksi terhadap Rusia akan mengganggu intermediasi keuangan dan perdagangan, yang menyebabkan resesi mendalam. Depresiasi rubel memicu inflasi, yang semakin mengurangi standar hidup penduduk.
Sementara energi adalah saluran limpahan utama bagi Eropa karena Rusia merupakan sumber penting impor gas alam. Gangguan rantai pasokan yang lebih luas juga dapat menjadi konsekuensi. Efek ini akan memicu inflasi dan memperlambat pemulihan dari pandemi.
Eropa Timur akan mengalami kenaikan biaya pembiayaan dan lonjakan pengungsi. Ini menyerap sebagian besar dari 3 juta orang yang belum lama ini melarikan diri dari Ukraina, menurut data PBB. Pemerintah Eropa juga mungkin menghadapi tekanan fiskal dari pengeluaran tambahan untuk keamanan energi dan anggaran pertahanan.
Kaukasus dan Asia Tengah
Di luar Eropa, negara-negara tetangga ini akan merasakan konsekuensi yang lebih besar dari resesi dan sanksi Rusia. Hubungan perdagangan dan sistem pembayaran yang erat akan mengekang perdagangan, pengiriman uang, investasi, dan pariwisata secara negatif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan neraca eksternal dan fiskal.
Sementara eksportir komoditas harus mendapatkan keuntungan dari harga internasional yang lebih tinggi, mereka akan menghadapi risiko pengurangan ekspor energi jika sanksi meluas ke jaringan pipa melalui Rusia.
Timur Tengah dan Afrika Utara
Efek riak besar dari harga pangan dan energi yang lebih tinggi dan kondisi keuangan global yang lebih ketat mungkin terjadi di wilayah ini. Mesir, misalnya, mengimpor sekitar 80% gandumnya dari Rusia dan Ukraina. Sebagai tujuan wisata populer untuk keduanya, pengeluaran pengunjung Mesir juga akan menyusut.
Kebijakan untuk menahan inflasi, seperti menaikkan subsidi pemerintah, dapat menekan neraca fiskal yang sudah lemah. Selain itu, kondisi pembiayaan eksternal yang memburuk dapat memacu arus keluar modal dan menambah hambatan pertumbuhan bagi negara-negara dengan tingkat utang yang tinggi dan kebutuhan pembiayaan yang besar.
Kenaikan harga juga dapat meningkatkan ketegangan sosial di beberapa negara, seperti negara-negara dengan jaring pengaman sosial yang lemah, sedikit kesempatan kerja, ruang fiskal yang terbatas, dan pemerintahan yang tidak condong ke rakyat.
Halaman 2>>
(tfa/sef)