Internasional
'Senjata' Putin Balas Dendam Makin Canggih, Ini Buktinya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Skema pembayaran dengan mata uang rubel ala Presiden Vladimir Putin sepertinya tak akan berhenti pada minyak dan gas Rusia. Guna membalas sanksi Barat, Putin akan menerapkan aturan serupa ke ekspor utama lain dari negara itu.
Aturan penggunaan Rubel telah berlaku sejak 1 April. Pengumuman telah berhasil menekan dolar AS.
"Ini adalah prototipe sistem," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada televisi pemerintah Channel One Rusia, dikutip Reuters Selasa (5/4/2022).
"Saya tidak ragu bahwa itu akan diperluas ke kelompok barang baru," tegasnya lagi tanpa memberi detail.
Dalam kesempatan yang sama, Psekov juga kembali mengecam sanksi AS dan sekutu, termasuk pembekuan US$ 300 miliar dari cadangan bank sentral Rusia. Ia menyebutnya "perampokan".
Kremlin, katanya, menginginkan sistem baru untuk menggantikan kontur arsitektur keuangan Bretton Woods yang didirikan oleh kekuatan Barat pada tahun 1944. Bretton Woods merupakan perjanjian yang mematok nilai mata ung negara lain terhadap dolar AS.
"Jelas, bahkan jika saat ini prospeknya masih jauh, kita akan sampai pada sistem baru. Berbeda dari sistem Bretton Woods," kata Peskov.
"Sanksi Barat terhadap Rusia telah mempercepat erosi kepercayaan terhadap dolar dan euro."
Sementara kebijakan rubel ke gas Eropa telah membuat Prancis, Jerman dan Inggris bereaksi. Menteri Ekonomi Prancis Bruno Le Maire dan Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan Rusia menyalahi kontrak.
"Kontrak dalam euro dan harus dibayar dalam euro dan akan dibayar dalam euro," katanya Le Maire bersama Hobeck.
"Kami tidak akan menerima metode pembayaran untuk gas (Rusia) dalam mata uang apa pun selain yang tercantum dalam kontrak."
Inggris pun mengatakan tak terima. Menteri Energi Inggris Kwasi Kwarteng telah menjelaskan bahwa "ini bukan sesuatu yang Inggris akan cari".
Menurut Badan Statistik Uni Eropa, Eurostat, sekitar 43% gas alam yang dikonsumsi setiap tahun di Uni Eropa (UE) dibeli dari Rusia. Sisanya didatangkan dari Norwegia, Timur Tengah, Amerika Serikat (AS) dan Afrika Utara.
Halaman 2>>