
Miris! RI Raja Sawit Krisis Migor Jadi Sorotan Media Asing

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis minyak goreng (migor) di dalam negeri juga jadi sorotan media asing, The Economist. Tulisan reportase berjudul "Out of the frying pan" itu menyebutnya sebagai krisis minyak sawit di negara produsen terbesar dunia.
Dipaparkan, kelangkaan migor terjadi secara nasional. Dan menyebabkan, ibu-ibu rumah tangga harus mengantre sejak pukul 4 pagi untuk membeli migor di warung. Antrean di sebuah daerah di Jawa Tengah disebutkan bahkan sampai mengular hingga 2 km.
"Di Kalimantan Timur, dimana Kalimantan memproduksi hampir 2 perlima minyak sawit Indonesia, setidaknya 2 orang ibu rumah tangga meninggal bulan ini saat mengantre," seperti dilansir The Economist dikutip Senin, (4/4/2022).
Krisis migor di Indonesia berlanjut saat pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) per liter. Yaitu Rp14.000 untuk migor kemasan premium, Rp11.500 migor curah.
Akibat kebijakan itu, dalam semalam minyak goreng sawit bahkan raib dari pasar. Sementara, minyak goreng impor masih menjadi barang mewah bagi sebagian besar orang Indonesia.
Pada 16 Maret, saat pemerintah mengubah kebijakan dengan mencabut HET migor. Reportase itu menyebutnya sebagai keajaiban, saat migor-migor secara mendadak kembali memenuhi rak-rak di toko seluruh Indonesia. Namun, harganya melonjak bahkan lebih 3 kali lipat.
Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika menyebutkan, krsiis migor di Indonesia adalah akibat efek domino perang Rusia-Ukraina. Menambah beban bagi pasar yang tengah terkena dampak pandemi Covid-19.
Per Februari 2022, harga minyak sawit mentah (crude palm pil/ CPO) sudah melonjak 40% secara tahunan. Untuk menekan harga minyak goreng sawit di tingkat konsumen, pemerintah memberlakukan kewajiban pemenuhan domestik (domestic market obligation/ DMO) 20%. Lalu dinaikkan menjadi 30% di bulan Maret 2022.
"Setelah pemasok menentang keras kebijakan itu, seminggu kemudian pemerintah menghapus DMO, demi menaikkan pungutan ekspor yang lebih tinggi untuk CPO."
The Economist pun menyoroti temuan Satgas Pangan berupa jutaan ton minyak goreng sawit yang ditimbun konglomerat. Dan, langkah Kejaksaan yang menyatakan tengah menginvestigasi indikasi dugaan kartel.
Sementara, orang Indonesia yang sangat mencintai tempe dan bakwan pun kesulitan akibat kelangkaan migor, terlepas faktor pemicu raibnya produk tersebut dari pasar.
Krisis ini pun mengundang kritik dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dalam webinar tentang mencegah stunting di usia emas.
"Apakah tidak ada cara untuk merebus atau mengukus? Itu menu Indonesia lho. kenapa sih sangat rumit?," dilansir The Economist.
Pernyataan itu pun tidak mendapat respons positif dengan sebagian netizen yang justru mengunggah video merebus kerupuk udang dan mengukus tempe.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jarang-Jarang Harga Minyak Goreng Ngamuk, Ini Sebabnya