Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki awal Ramadan tahun ini, harga sejumlah kebutuhan pokok terpantau naik. Cabai-cabaian menjadi yang paling mencolok.
Mengutip catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata cabai merah keriting di pasar tradisional pada 4 April 2022 adalah Rp 58.900/kg. Melonjak Rp 9.000 dari akhir pekan lalu.
Kemudian harga cabai rawit hijau ada di Rp 55.250/kg. Melesat Rp 8.400.
Namun yang paling fenomenal adalah cabai rawit merah. Hari ini, harganya mencapai Rp 78.550/kg, meroket Rp 14.650.
Sejak bulan lalu, harga cabai sudah dalam tren naik. Menurut pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi gangguan produksi karena pergeseran musim.
"Kenaikan harga cabai merah memberi andil 0,1% terhadap inflasi Maret 2022. Andil yang tinggi ini karena pengaruh pasokan. Ada pergeseran musim, seharusnya Maret sudah kemarau tetapi masih ada hujan sehingga pasokan terbatas," papar Margo Yuwono, Kepala BPS.
Halaman Selanjutnya --> Daging dan Telur Ayam Naik Harga
Tidak cuma cabai-cabaian, harga daging ayam dan telur ayam pun naik. Per 4 April 2022, harga rerata daging ayam ras di pasar tradisional adalah Rp 37.700/kg. Naik Rp 100.
Sedangkan harga telur ayam ras adalah Rp 27.250/kg. Bertambah Rp 1.550.
Mana yang lebih dulu, ayam atau telur? Apapun jawabannya, dua-duanya mengalami kenaikan harga akibat lonjakan harga pakan.
Salah satu bahan baku utama pembuat pakan ternak adalah jagung. Nah, ini yang harganya sedang mahal. Sepanjang kuartal I-2022, harga jagung di Chicago Board of Trade untuk kontrak Mei 2022 melonjak 25,84% secara point-to-point. Selama setahun terakhir, harga melejit 48,65%.
Perang Rusia-Ukraina membuat harga jagung ikut 'mengangkasa'. Konflik yang sudah berlangsung lebih dari sebulan ini membuat pasokan jagung di pasar dunia terancam.
Maklum, Rusia dan Ukraina adalah dua pemain utama di pasar jagung. Pada musim 2021/2022, Ukraina adalah produsen jagung terbesar keenam dunia. Sedangkan Rusia berada di posisi 10.
Roman Leshchenko, Menteri Pertanian Ukraina, mengungkapkan luasan panen pertanian negaranya pada musim semi tahun ini bisa berkurang separuh dibandingkan 2021 menjadi sekitar 7 juta hektar. Tahun lalu, luasan panen masih sekira 15 juta hektar.
"Proyeksi saat ini adalah 7 juta hektar. Panen akan lebih sedikit. Kami memang masih punya stok, tetapi untuk mengekspornya adalah pertanyaan lain," keluh Leshchenko kepada Reuters.
Ke depan, Leshchenko menilai situasi masih sulit diprediksi. Zona konflik yang kian meluas tiap harinya membuat produksi pertanian terancam.
"Situasi belum stabil. Wilayah konflik terus bergerak dan kami berharap perdamaian bisa segera tercipta. Dengan demikian, kami bisa menanami lagi lahan yang berada di zona perang," sambung Leshchenko.
TIM RISET CNBC INDONESIA