
Ini Ternyata Kekeliruan Pemerintah Bikin Harga Migor Terbang

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Rizal E Halim mengatakan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) keliru dalam menangani krisis minyak goreng (migor). Terakhir, kata dia, harga migor dilepas ke mekanisme pasar, bukan ke keekonomian.
Rizal mengatakan, krisis migor saat ini menggelikan karena harga naik biasanya akibat permintaan yang melonjak dan pasokan terganggu. Sementara, lanjut dia, pasokan justru aman bahkan berlebih.
Gejolak harga saat ini, lanjut dia, memberatkan kelompok masyarakat menengah ke bawah. Bahkan, bisa menekan kelompok masyarakat di garis kemiskinan masuk ke kelompok miskin.
"Kami di BPKN menilai kedua kebijakan yang diambil Kementerian Perdagangan (Kemendag) adalah keliru, baik yang pertama maupun kedua. Seharusnya kita menggunakan HET dan DMO yang nggak hanya di atas kertas tetapi harus menguasai fisiknya," kata Rizal saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI bersama KPPU dan BPKN di Jakarta, Kamis (31/3/2022).
Dia menambahkan, pemerintah seharusnya juga bisa melakukan perhitungan matang karena gejolak bukan dipicu gangguan di dalam negeri.
"Idealnya pemerintah melakukan tawar-menawar dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit, sebab 98% penggunaan tanah untuk perkebunan itu adalah milik negara melalui mekanisme HGU perkebunan. Artinya pemerintah bisa melakukan bargaining (tawar-menawar)," kata Rizal.
Namun yang terjadi, ujarnya, Kemendag menerbitkan kebijakan DMO 20 bahkan 30% tapi tanpa menguasai fisik.
"Hanya di atas kertas. Kalau pemerintah bisa menguasai fisik dari DMO 20% saja, kebutuhan domestik selesai, nggak akan ada gejolak. Dan ekspor pun bisa tetap berkalan lebih baik karena harga yang meningkat," kata Rizal.
Saat membuka RDP, Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima menyoroti harga migor kemasan saat ini yang berkisar Rp24.000 - 26.000 per liter.
"Padahal kata Menteri Perdagangan keekonomian kemasan itu Rp21.000 per liter," kata Aria Bima.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Energi 'Makan Korban' di Singapura: Harga Pangan