
Ini Aksi Abramovich Coba Damaikan Rusia-Ukraina

Jakarta, CNBC Indonesia - Roman Abramovich adalah salah satu oligarki pasca-Soviet paling eksentrik. Miliarder berusia 55 tahun menjadi negosiator perdamaian dalam perang Rusia-Ukraina.
Namun, Abramovich terlihat mengambil bagian dalam pembicaraan damai antara Moskow dan Kyiv di kota Istanbul, Turki pada Selasa (29/3/2022). Ini terjadi lebih dari sebulan setelah Rusia menyerang Ukraina.
Tentang perannya sebagai perantara, Gennady Gudkov, pemimpin oposisi Rusia di pengasingan yang menjabat tiga periode di Duma Negara, majelis rendah parlemen Rusia, mengatakan Abramovich memiliki bakat dalam hal tersebut.
"Dia memiliki bakat fantastis untuk melihat masa depan, dia memiliki bakat yang sangat istimewa, yakni kemampuan untuk memprediksi," kata Gudkov, dikutip dari Aljazeera Rabu (30/3).
Sayangnya setelah menjadi negosiator, Abramovich dilaporkan diracun. Menurut Wall Street Journal, Abramovich dan setidaknya dua anggota senior tim Ukraina diduga diracun.
Mereka dikatakan memiliki mata merah yang terus menerus mengeluarkan air mata dan terlihat dan menyakitkan. Kulit wajah dan tangan mereka juga dilaporkan mengelupas. Namun, klaim itu dengan cepat dibantah oleh pejabat Amerika Serikat (AS) dan Ukraina.
Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dilaporkan memiliki pandangan positif terhadap Abramovich.
The Wall Street Journal melaporkan pada 23 Maret bahwa Zelenskyy secara khusus meminta Presiden AS Joe Biden untuk tidak menambahkan Abramovich ke daftar oligarki Rusia yang terkena sanksi karena dia "mungkin terbukti penting sebagai perantara dengan Rusia dalam membantu merundingkan perdamaian."
Surat kabar itu mengutip "orang-orang dengan pengetahuan" tentang panggilan telepon Zelenskyy-Biden yang terjadi pada awal Maret.
Sejauh ini Abramovich memilih untuk memisahkan diri dari Kremlin dan segelintir miliarder yang tetap tinggal di Rusia dan terlibat dalam proyek ekonomi Putin untuk mengubah ekonomi melalui kontrol pemerintah yang lebih ketat.
Dia mengatakan bahwa oligarki Rusia lainnya, termasuk mereka yang kebarat-baratan atau nasionalis, "nativis" konservatif, tidak dipercaya oleh Rusia atau Ukraina.
Meskipun dikenal karena keterampilan perantaranya, sejarah pribadinya memiliki tragedi dan kesuksesan besar. Kakek-nenek dari pihak ibu adalah orang Yahudi yang melarikan diri dari Soviet Ukraina ke Rusia selama Perang Dunia II, tetapi keduanya meninggal pada saat dia berusia tiga tahun.
Sebagai seorang remaja, ia menjadi pedagang kaki lima mainan plastik di Moskow dan kemudian menjadi salah satu orang terkaya Rusia dengan minat pada minyak.
Dia memelihara hubungan dengan pengusaha Yahudi Ukraina, dan dapat berhubungan dengan Zelenskyy, yang berasal dari keluarga Yahudi berbahasa Rusia.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aset Abramovich Disita, Begini Nasib Chelsea