
Inflasi Turki Diramal Tembus 60%, Indonesia Perlu Waspada?

Saat inflasi tinggi, bank sentral akan menaikkan suku bunga untuk meredamnya. Lihat saja bagaimana bank sentral Amerika Serikat yang akan sangat agresif menaikkan suku bunga di tahun ini.
Tetapi, Presiden Erdogan punya pendapat yang berbeda. Ia menyebut suku bunga tinggi adalahnya "biangnya setan". Alhasil, saat inflasi Turki dalam beberapa bulan terakhir tahun lalu berada di kisaran 20%, bank sentralnya (TCMB) malah memangkas suku bunga, bahkan dengan agresif, sebesar 500 basis poin dalam tempo 4 bulan saja menjadi 14%.
Hasilnya bisa ditebak, suku bunga di bawah inflasi kurs lira pun babak belur. Saat nilai tukar lira jeblok, inflasi pun akhirnya semakin meroket, dan diperparah dengan kenaikan harga komoditas akibat perang Rusia dengan Ukraina.
"Efek dari perang Rusia dan Ukraina meluber, termasuk tingginya harga komoditas dan potensi terjadinya disrupsi supply lagi, artinya risiko kenaikan inflasi masih tinggi," kata Jason Tuvey, ekonom senior untuk emerging market di Capital Economics dalam sebuah catatan yang dikutip Financial Times awal bulan ini.
Sama dengan analis dari JP Morgan, Tuvey juga melihat inflasi di Turki masih akan tinggi hingga akhir tahun.
"Inflasi masih akan tetap tinggi sampai bulan terakhir tahun ini, tetapi bank sentral, yang paling krusial adalah Presiden Erdogan, tidak memiliki niat untuk menaikkan suku bunga," tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/luc)[Gambas:Video CNBC]