
Bu Sri Mulyani, Pertamina Usul Ini Biar Gak Nombok Jual Solar

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mengusulkan agar komposisi besaran subsidi tetap Solar saat ini dapat dinaikkan. Pasalnya, besaran subsidi tetap Solar sebesar Rp 500 per liter sudah tidak lagi mencerminkan kondisi di lapangan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati berharap agar pemerintah dapat mengevaluasi kembali formula harga dasar Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Solar dan besaran subsidi tetap Solar. Mengingat, selisih harga pasar atau Solar non subsidi dengan Solar subsidi kini telah mencapai Rp 7.800 per liter.
Harga Solar subsidi kini masih dipatok sebesar Rp 5.150 per liter, sedangkan harga Solar non subsidi seperti Dexlite kini sudah mencapai Rp 12.950 per liter.
Meskipun selisih Rp 7.300 per liter akan ditutupi pemerintah lagi dalam bentuk kompensasi, namun pemberian dalam bentuk kompensasi ini menurut Nicke juga akan memberatkan bagi perusahaan. Pasalnya, pemberian kompensasi tersebut masih membutuhkan waktu.
"Kalau boleh yang kami usulkan adalah komposisi subsidi tetapnya dinaikkan, ini kan langsung bisa bantu cash flow Pertamina, misalnya 70% (subsidi), yang 30% kompensasi," ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (29/3/2022).
Nicke menjelaskan bahwa pemberian kompensasi memerlukan perhitungan tersendiri, di mana menurut Peraturan Presiden (Perpres) kompensasi akan dibayarkan sesuai kemampuan negara. Yang akhirnya, pembayaran kompensasi melewati tahun berjalan.
Padahal, pembayaran kompensasi yang membutuhkan waktu tersebut akan berdampak bagi keuangan Pertamina, terutama ke arus kas (cash flow) perusahaan, serta di "profit and loss".
"Karena pembayaran yang terlambat itu, maka Pertamina terkena beban yang namanya time value of money. Tahun lalu time value of money sekitar Rp 900 juta yang langsung menggerus profit and loss, itu gambarannya," jelas Nicke.
Seperti diketahui, adanya selisih antara harga Solar subsidi dengan Solar non subsidi menyebabkan adanya potensi penyelewengan Solar subsidi, terutama ke sektor industri seperti tambang dan sawit.
Oleh sebab itu, Nicke mengusulkan agar aplikasi My Pertamina dapat digunakan dalam proses pembelian Solar bersubsidi sebagai bentuk pengawasan, sehingga dapat mengidentifikasi pengguna Solar subsidi yang tepat sasaran.
Di sisi lain, dari sisi permintaan, konsumsi Solar subsidi telah melebihi 10% dari kuota yang telah ditetapkan pemerintah.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi penyaluran Solar subsidi hingga Februari 2022 mencapai 2,49 juta kilo liter (kl), 10% lebih tinggi dari kuota yang ditetapkan hingga Februari 2022.
Hingga akhir tahun pemerintah juga memperkirakan penyerapan Solar subsidi melampaui 14% dari kuota yang telah ditetapkan sebesar 15,1 juta kl atau mencapai 16,002 juta kl hingga akhir tahun ini.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kuota Sering Jebol, BPH Migas Godok Perubahan Pembelian Solar
