Jaga Stok Solar, Pertamina Rogoh Kocek Rp 86 Triliun

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 29/03/2022 18:20 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina menyebut, guna mengamankan stok Solar untuk kebutuhan selama 21 hari ke depan tidaklah murah. Setidaknya, perusahaan migas pelat merah ini harus merogoh kocek sebesar US$ 6 miliar atau sekitar Rp 86,18 triliun (asumsi kurs Rp 14.364 per US$).

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, meskipun saat ini perusahaan tengah mengalami tekanan berat akibat kenaikan harga minyak mentah dunia, namun perusahaan harus tetap menjaga ketahanan stok BBM jenis Solar selama 21 hari.

"Untuk menjaga stok 21 hari ini, Pertamina harus menaruh senilai US$ 6 miliar. Jadi cukup besar bagi cash flow kita untuk menjaga ketahanan suplai," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (29/3/2022).


Selain itu, Nicke menilai penyebab terjadinya kelangkaan Solar subsidi yang terjadi akhir-akhir ini di beberapa daerah harus dilihat dari dua sisi. Di antaranya yakni dari sisi suplai dan sisi permintaan.

Adapun dari sisi suplai, kuota Solar subsidi pada 2022 diketahui lebih rendah 4,5% dibandingkan realisasi 2021. Sementara permintaan mulai meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang mulai menggeliat yang kemudian berdampak pada peningkatan penggunaan energi.

"Ada juga kemungkinan terjadinya kecurangan. Ini kena dua-duanya. Disparitas harga makin tinggi," kata Nicke.

Adapun kuota Solar subsidi pada 2022 ditetapkan sebesar 15,1 juta kilo liter (kl) di mana alokasi kepada Pertamina sebesar 14,9 juta kl dan PT AKR Corporindo (AKRA) 186 ribu kl. Namun Pertamina memproyeksikan, permintaan Solar subsidi pada tahun ini bisa meningkat hingga 16 juta kl.

Menurut Nicke, kelangkaan Solar bersubsidi terjadi salah satunya disebabkan oleh adanya selisih harga jual dengan Solar non subsidi yang semakin jauh. Setidaknya, selisih harga Solar bersubsidi dan non subsidi angkanya saat ini telah mencapai Rp 7.800 per liter.

"Ini yang mendorong shifting konsumsi juga. Kami lakukan pengendalian dan monitoring di lapangan. Volume jatah diturunkan, gap harga tinggi," ujarnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina Masih Akan Tingkatkan Pasokan BBM 5 Tahun Ke Depan