
Gak Cuma Pertamax, Pertamina Juga Boncos Gegara Solar Subsidi

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) meminta pemerintah untuk mengevaluasi kembali formula harga dasar Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Solar dan besaran subsidi tetap Solar yang dipatok Rp 500 per liter.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, besaran subsidi tetap Solar sebesar Rp 500 per liter kini sudah tidak mencerminkan kondisi nyata di lapangan, terutama ketika selisih dengan harga pasar atau Solar non subsidi kini sudah sangat jauh yakni mencapai Rp 7.800 per liter.
Harga Solar subsidi kini masih dibanderol Rp 5.150 per liter, sementara harga Solar non subsidi seperti Dexlite kini sudah mencapai Rp 12.950 per liter.
Oleh karena itu, subsidi tetap Rp 500 per liter sudah tidak mencerminkan kondisi di lapangan. Meskipun selebihnya Rp 7.300 per liter akan diberikan pemerintah dalam bentuk kompensasi ke Pertamina, namun menurutnya ini juga akan berdampak pada arus kas Pertamina karena pemberian kompensasi juga membutuhkan waktu.
"Mekanisme hari ini untuk Solar itu ada subsidi tetap 500 rupiah per liter. Padahal selisihnya dengan harga pasar Rp 7.800 per liter. Sisa Rp 7.300 per liter dalam bentuk kompensasi yang kemudian dari sisi penetapan angkanya nanti penggantiannya berbeda, ini butuh waktu, sehingga ini yang menggerus cash flow Pertamina. Mungkin mekanisme ini perlu di-review ulang agar tidak memberatkan," tutur Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (29/03/2022).
Dia menyebut, adanya disparitas atau perbedaan harga yang besar antara Solar subsidi dengan Solar non subsidi, menyebabkan adanya potensi penyelewengan Solar subsidi ke sektor industri.
Oleh karena itu, dia juga mengusulkan penggunaan aplikasi My Pertamina agar pengguna Solar subsidi tepat sasaran.
"Diperlukan ketentuan pemerintah/ BPH Migas yang lebih detail terkait segmen konsumen yang berhak karena kuota Solar subsidi tahun 2022 turun 5% dibandingkan 2021," ujarnya.
Di sisi lain, dari sisi permintaan, konsumsi Solar subsidi telah melebihi 10% dari kuota yang telah ditetapkan pemerintah.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi penyaluran Solar subsidi hingga Februari 2022 mencapai 2,49 juta kilo liter (kl), 10% lebih tinggi dari kuota yang ditetapkan hingga Februari 2022.
Hingga akhir tahun pemerintah juga memperkirakan penyerapan Solar subsidi melampaui 14% dari kuota yang telah ditetapkan sebesar 15,1 juta kl atau mencapai 16,002 juta kl hingga akhir tahun ini.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resmi Turun! Ini Daftar Terbaru Harga BBM di SPBU Pertamina