Dunia Pusing Harga BBM Meroket, RI Gimana Pak Jokowi?
Jakarta, CNBC Indonesia - Meroketnya harga minyak mentah dunia terutama sejak serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Maret 2022 lalu, telah membuat dunia pusing tujuh keliling.
Sejak perang Rusia-Ukraina itu meletus, harga minyak terus terkerek naik melampaui US$ 100 per barel. Bahkan, pada 8 Maret 2022 harga minyak jenis Brent sempat menembus US$ 127,98 per barel.
Meski sempat turun di bawah US$ 100 per barel pada pekan lalu, namun pada pekan ini harga minyak masih nanjak kembali ke atas US$ 100 per barel.
Pada Jumat (25/3/2022) pukul 07:14 WIB, harga minyak jenis Brent berada di US$ 118,65 per barel, turun 0,32% dari hari sebelumnya. Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 111,76 per barel, berkurang 0,52%.
Meski kemarin dan hari ini turun, tetapi harga minyak Brent dan light sweet dalam seminggu terakhir masing membukukan kenaikan 9,59% dan 8,09% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga naik 20,73% dan 19,18%.
Kondisi ini tak ayal membuat seluruh pemimpin negara di dunia kalang kabut. Mulai dari Presiden China Xi Jinping, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz hingga Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pun mengaku kebingungan menghadapi kondisi ini.
Hal tersebut diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan pengarahan kepada para gubernur, bupati, dan walikota tentang Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, yang ditayangkan dalam kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (25/3/2022).
"Semua negara betul-betul pusing semua, dalam dua minggu ini saya dapat telepon beberapa kepala negara/pemerintahan. Kemarin Presiden Macron telepon, sebelumnya Presiden Xi Jinping telepon, sebelumnya Perdana Menteri Justin Trudeau telepon, sebelumnya Kanselir Olaf Scholz Kanselir Jerman baru telepon, semuanya sama. Bingung menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita alami bersama, baik karena kelangkaan energi, coba kita lihat (harga minyak) naik, yang dulu hanya US$ 50-60 per barel, sekarang US$ 118 (per barel), dua kali lipat," bebernya di hadapan para pemimpin daerah RI.
Dengan melonjaknya harga minyak mentah dunia tersebut, negara-negara yang tidak memberikan subsidi pada BBM dan terbiasa melepasnya pada harga pasar akhirnya harus menaikkan harga BBM hingga dua kali lipat.
Kondisi tak terbayangkan bila terjadi di Indonesia. Pasalnya, bila harga BBM di Indonesia naik 10% saja, maka menurutnya akan terjadi demonstrasi hingga tiga bulan lamanya.
"Sehingga negara-negara yang tidak mensubsidi BBM-nya naik langsung 2x lipat, bayangkan kita naik 10% saja demonya tiga bulan, ini naik 2x lipat, artinya 100% naik," ungkapnya.
Namun sayangnya, Jokowi tidak membeberkan lebih lanjut bagaimana sikap atau kebijakan yang akan diambil Pemerintah Indonesia dalam menyikapi lonjakan harga minyak ini. Terlebih, lanjutnya, saat ini dunia juga tengah menghadapi kelangkaan kontainer yang harganya juga mencapai 5-6 kali lipat dari harga normal biasanya.
Kelangkaan kontainer juga bisa berdampak pada lonjakan harga barang dan konsumen akan terdampak karena harus membeli barang dengan harga lebih mahal.
Oleh karena itu, Presiden hanya berpesan agar setiap kebijakan pemerintah harus dibuat dengan hati-hati karena akan berujung pada kenaikan inflasi.
"Hal-hal seperti ini semua kita harus mengerti, larinya ke mana harus mengerti, yang titik akhirnya kenaikan inflasi. Hati-hati kita sekarang bisa mengendalikan inflasi 2,2%," tandasnya.
(wia)