
Dunia Pusing Harga BBM Meroket, RI Gimana Pak Jokowi?

Pemerintah Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, bahkan beberapa jenis bensin non subsidi.
Saat ini harga BBM bersubsidi seperti Solar/Biodiesel subsidi yang dijual PT Pertamina (Persero) masih dipertahankan pada harga Rp 5.150 per liter dan bensin Premium (RON 88) Rp 6.450 per liter.
Begitu juga dengan bensin non subsidi seperti Pertalite (RON 90) yang masih dibanderol Rp 7.650 - Rp 8.000 per liter, dan Pertamax (RON 92) masih dipertahankan pada harga Rp 9.000 - Rp 9.400 per liter.
Yang menjadi polemik adalah ketika pemerintah masih belum mengizinkan Pertamina untuk menaikkan harga bensin non subsidi "orang kaya" yakni Pertamax. Meskipun Pertamax termasuk kategori bensin non subsidi, namun dengan tetap dipertahankannya harga, maka artinya konsumen Pertamax yang biasanya memiliki mobil mewah seolah tetap menerima subsidi.
Pasalnya, harga bensin setara Pertamax yang dijual oleh badan usaha penyalur BBM swasta per Maret 2022 ini telah mencapai di kisaran Rp 12.000 - Rp 13.000 per liter.
Shell Indonesia misalnya, yakni Shell Super, pada 1 Maret 2022 dibanderol Rp 12.990 per liter, sementara BP-AKR menjual BP 92 pada harga Rp 12.500 per liter.
Data Kementerian ESDM sebelumnya menyebutkan bahwa batas atas harga jual jenis BBM non subsidi dengan nilai oktan (RON) 92 seperti Pertamax yang dijual PT Pertamina (Persero) pada Maret 2022 mencapai sebesar Rp 14.526 per liter.
Harga keekonomian Pertamax tersebut merupakan cerminan dari harga keekonomian BBM berdasarkan formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis BBM umum (non subsidi).
Perhitungan harga keekonomian tersebut merujuk pada harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) bulan Februari 2022 sebesar US$ 95,72 per barel. Sedangkan angka sementara ICP Maret 2022 sampai tanggal 17 Maret 2022 sudah lebih tinggi lagi, yakni sebesar US$ 114,77 per barel.
Kondisi ini membuat beberapa pejabat pemerintah turut berkomentar. Bahkan, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan harga jual Pertamax sudah saatnya dikaji ulang seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia.
"Sudah saatnya dihitung ulang berapa harga yang layak yang diberikan Pertamina untuk harga Pertamax yang dikonsumsi oleh mobil-mobil mewah. Ini untuk keadilan semua," tuturnya, Selasa (22/3/2022).
Dia memaparkan, porsi konsumsi Pertamax oleh masyarakat sekitar 13% dari total konsumsi BBM di Indonesia. Bila harga Pertamax terus dipertahankan di bawah harga keekonomiannya, maka menurutnya Pertamina memberikan subsidi pada mobil mewah.
"Seperti diinformasikan, harga BBM dunia naik dan seperti hitungan dari kawan-kawan Kementerian ESDM RON 92 atau Pertamax itu harga keekonomiannya Rp 14.500. Dan kita tahu Pertamax ini jumlahnya 13% dari konsumsi BBM di Indonesia dan pada umumnya mobil-mobil mewah," tuturnya.
"Dengan harga BBM Pertamax Rp 9.000 ini bisa dikatakan posisinya Pertamina saat ini seakan-akan mensubsidi Pertamax. Dan ini jelas, artinya Pertamina subsidi mobil mewah yang pakai Pertamax. Ini perlu dihitung ulang supaya ada juga keadilan, jangan sampai Pertamina memberikan subsidi yang begitu besar kepada mobil mewah yang memanfaatkan Pertamax," lanjutnya.
Namun demikian, usulan tersebut tampaknya masih ditanggapi "dingin" oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Arifin memberikan sinyal bahwa pihaknya masih belum mengizinkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subisdi jenis bensin dengan nilai oktan (RON) 92 alias Pertamax yang dijual PT Pertamina (Persero) setidaknya sampai akhir Semester 1 2022.
Menurutnya, pihaknya masih mencermati harga minyak mentah dunia dan kondisi geopolitik internasional.
"Pertamax ini nanti kita lihat perkembangannya.. Jadi memang kita cermati dulu.. Jadi, ya kita lihatlah semester 2," ungkap Arifin kepada wartawan saat ditanya apakah pemerintah mengizinkan Pertamina menaikkan harga Pertamax, di sela acara Sidang Energy Transition Working Group (ETWG) dalam rangka Presidensi G20 di Yogayakarta, Kamis (24/03/2022).
Dia menjelaskan, pemerintah masih mencermati kondisi geopolitik internasional, apakah akan berkepanjangan atau tidak, dan bagaimana dampaknya ke perdagangan minyak internasional.
Dia pun mengatkan, pemerintah juga tengah mengkaji bagaimana dampaknya kepada masyarakat bila harga Pertamax ini dinaikkan.
"Jadi ya kita lihatlah semester 2. Kita juga melihat itu tadi dampaknya ke masyarakat seperti apa. Nanti kita lihat semester 2," tandasnya.
(wia)[Gambas:Video CNBC]
