
Bos SKK Migas Bongkar Alasan Rontoknya Produksi Blok Rokan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan sejumlah alasan rontoknya produksi minyak dari Wilayah Kerja (WK) Rokan pada awal tahun 2022. Rontoknya produksi Blok Rokan itu berimbas juga pada capaian produksi minyak nasional pada awal tahun ini.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa masalah sepele yang sempat terjadi di Blok Rokan sempat membuat produksi blok minyak terbesar ini turun. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan yang tak direncanakan (unplanned shutdown) di blok minyak yang saat ini dikelola oleh Pertamina.
"Yang lucu sekarang peralatan elektronik di Rokan sesuatu yang sangat sepele, terbakarnya penangkal petir itu membuat produksi rontok," kata Dwi dalam acara Drilling Summit Tahun 2022, Rabu (22/3/2022).
Selain Blok Rokan, kejadian unplanned shutdown juga sempat terjadi di Blok Cepu yang dioperasikan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Oleh sebab itu dia mendorong agar persoalan unplanned shutdown dapat segera dituntaskan.
"Jadi we do hope semuanya sangat detail memeriksa fasilitas yang ada sehingga tidak terjadi unplanned shutdown," katanya.
Seperti diketahui, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) selaku operator Blok Rokan di Riau, berencana melakukan pengeboran 500 sumur pada tahun ini. Atas rencana tersebut, produksi lapangan minyak peninggalan PT Chevron Pacific Indonesia itu ditargetkan bisa mencapai rata-rata 180 ribu bph pada 2022.
Adapun target produksi minyak siap jual atau lifting pada tahun ini sebesar 703 ribu bph. Adapun target ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya terealisasi 660 ribu bph.
Namun sayangnya, pada awal tahun ini berdasarkan catatan SKK Migas, realisasi produksi lifting minyak baru mencapai 632 ribu bph.
"Bisa bayangkan kalau kita bicara 1 juta barel menjadi sangat berat sekali apalagi dilihat bahwa target kita tahun ini 703 ribu bph," kata Dwi dalam acara Drilling Summit Tahun 2022, Rabu (22/3).
Oleh sebab itu, Dwi berharap agar persoalan unplanned shutdown dapat segera dicari solusinya. Pasalnya, hal ini sangat berdampak dengan pencapaian produksi migas.
Direktur Utama PHR Jaffee Arizona Suardin menyampaikan, saat ini pihaknya tengah melakukan berbagai persiapan, seperti maturasi, persiapan lahan, konstruksi wellpad dan lainnya.
"Di 2022 akan bertambah jadi 20 rig, dan rig WOWS 40 rig yang jadi. Dengan sumur 400-500 sumur untuk capai rata-rata 180 ribu barel per hari (bph), sudah termasuk sumur-sumur steam flood heavy oil," ungkapnya dalam Pertamina Energy Webinar, Selasa (07/12/2021).
Untuk mendukung kegiatan pengeboran sumur, PHR akan menggunakan teknologi injeksi uap (steam flood) sebagai dukungan untuk mendorong produksi minyak.
Menurut Jaffee, setidaknya ada tiga alasan dalam menggunakan teknologi itu. Pertama, reservoir dengan minyak yang berat dan kental akan sulit berproduksi. Kedua, dengan memberikan uap (steam), reservoir minyak akan terpanasi.
Ketiga, minyak yang sudah terpanasi, viscosity atau kekentalannya lebih rendah, sehingga minyak lebih mudah mengalir. Terakhir, uap juga berperan untuk mendorong minyak ke sumur produksi.
"Steam flood recovery factor 75%. Tapi di beberapa lapangan masih rendah," lanjutnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lucu! Ternyata Ini Alasan Produksi Blok Rokan Rontok