
Sinyal BI Naikkan Suku Bunga Makin Kencang, Ini Indikatornya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi inti Indonesia mencapai 2,03% (year on year/YoY)pada Februari lalu, atau menjadi level tertinggi sejak Juli 2020 (2,07%). Kenaikan inflasi inti menjadi perhatian mengingat pergerakan mereka akan menjadi pegangan Bank Indonesia (BI) dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan BI tahun ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo, pekan lalu, menegaskan BI hanya akan melihat faktor fundamental dalam mempertimbangkan inflasi untuk kenaikan suku bunga. Artinya, BI akan melihat pergerakan inflasi inti.
"Kenaikan inflasi akan sangat tergantung pada respon pemerintah dan yang kami lakukan terutama dalam hal administered price. Perlu saya tekankan, kebijakan moneter merespon kebijakan inflasi yang bersifat fundamental. Bukan yang bersifat inflasi terkait volatile atau administered price," tutur Perry pada konferensi Hasil rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis lalu (17/3).
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi inti tahunan pada Februari 2022 di level 2,03%, level tertinggi sejak Juli 2020 (2,07%) dan menyamai level Agustus 2020 (2,03%. Dalam 17 bulan terakhir, inflasi inti hanya berada di bawah 2%, terutama karena melemahnya permintaan selama pandemi Covid-19.
Kepala ekonom BCA David Sumual mengatakan inflasi inti akan menjadi kekhawatiran jika sudah mendekati batas atas headline.
"Selama ini core lebih rendah daripada headline. Kalau core mengarah ke batas atas headline mungkin perlu diwaspadai," tutur David, kepada CNBC Indonesia.
Terakhir kali Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan adalah pada November 2018. Inflasi inti pada tahun 2018 meningkat tajam dari 2,69% (YoY) pada Januari 2018 menjadi 3,03% pada November 2018.
Inflasi inti mendekati inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang tercatat 3,25% pada Januari 2018 menjadi 3,23% pada November 2018. Sementara itu, sasaran inflasi BI ada di kisaran 2,5-4,5%.
Ekonom UOB Enrico Tanuwidjaja mengatakan inflasi inti saat ini belum mengkhawatirkan. Inflasi inti bisa menjadi mengkhawatirkan jika sudah mendekati 3%.
Dia menjelaskan perang Rusia-Ukraina membuat tekanan inflasi Indonesia meningkat karena naiknya harga energi dan pangan. Dalam dua bulan mendatang, inflasi Indonesia juga diperkirakan melambung karena momen Ramadhan dan Lebaran. Dua hal tersebut bisa membuat inflasi mendekati batas atas di kisaran Bank Indonesia 2-4%.
UOB bahkan telah merevisi proyeksi inflasi Indonesia dari 2,4% menjadi 3,3% pada tahun ini seiring berkembangya situasi di Rusia.
UOB memperkirakan BI baru akan menaikkan suku bunga acuan pada semester kedua tahun ini, masing-masing sebesar 25 basis points (bps) dua kali pada kuartal III dan IV tahun ini. Dengan demikian, suku bunga acuan BI akan meningkat menjadi 4,50% di akhir tahun dari saat ini 3,50%.
Ekonom OCBC Wellian Wiranto mengingatkan kenaikan inflasi inti mungkin lebih cepat dari dugaan awal. Dalam catatan BPS,
inflasi inti masih berada di level 1,30% pada September 2021 tetapi angkanya bergerak cepat hingga hingga menyentuh 2,03% di Februari 2022. Artinya, inflasi inti sudah meningkat 0,73% hanya dalam waktu empat bulan.
Dalam catatan BPS, inflasi inti biasanya bergerak tidak secepat IHK. Pada 2018, misalnya, inflasi inti meningkat 0,34% dalam kurun waktu sembilan bulan yakni dari 2,69% pada Januari 2018 menjadi 3,03% pada November 2018.
"BI memberi sinyal akan mempertahankan suku bunga sampai inflasi inti merangkak naik, periode tersebut mungkin datang lebih cepat dari dugaan. Meskipun inflasi inti masih di level 2,03% tetapi kenaikannya sangat cepat dalam beberapa bulan terakhir," tutur Wellian dalam laporannya The Core Matters: Indonesia signals rate to stay unchanged until core inflation picks up.
OCBC memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga pada Mei mendatang setelah Indonesia melewati periode inflasi tinggi karena Ramadhan dan Lebaran
"BI kemungkinan akan menaikkan suku bunga empat kali tahun ini, lebih tinggi dari dugaan kita sebelumnya yakni tiga kali," ujarnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi RI Rendah, BI Ternyata Tak Happy
