Wow! BI Proyeksikan Inflasi Dunia Tembus 9,2% di 2022

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
12 December 2022 13:50
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)
Foto: Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan laju inflasi dunia hingga akhir 2022 mencapai 9,2% (year on year/yoy). Perkiraan ini lebih tinggi dari proyeksi IMF terbaru, yang menyebut inflasi global akan mencapai 8,8% (yoy).

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjelaskan, fragmentasi perpecahan atau ketidakseimbangan sektor politik dan ekonomi dunia, membawa dampak buruk mata rantai pasokan global, sehingga memicu tingginya harga energi dan pangan.

Akibatnya inflasi terus melambung sangat tinggi, sehingga melampaui inflasi historis selama ini di banyak negara. Bahkan cenderung tinggi, meskipun beberapa negara telah berada pada level tertingginya.

"Inflasi dunia kami memperkirakan akan mencapai 6,4% (yoy) di tahun 2021 meningkat menjadi 9,2% (yoy) di 2022. Ini merupakan inflasi tertinggi, bahkan negara maju sudah double digit di atas 10% (yoy) di tahun ini," jelas Dody dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Regional Kalimantan, Senin (12/12/2022).

Dalam meredam laju inflasi tersebut, respon berbagai negara melalui kebijakan bank sentral, lewat menaikan suku bunga acuan dan mengetatkan likuiditas, juga turut menjadi perhatian BI bersama otoritas terkait di dalam negeri.

Dody menjelaskan, kebijakan moneter yang ketat di berbagai bank sentral dunia tersebut, membuat inflasi global akan turun menjadi 5,2% (yoy) pada 2023 dan akan kembali pada level 3,8% (yoy) pada 2024.

Kendati demikian, jika semua negara maju menetapkan target inflasi untuk kembali pada sasaran 2%, maka kata Dody inflasi masih akan menjadi ancaman di banyak bank sentral.

"Akan kita lihat kebijakan moneter bertahan relatif tinggi dalam 1-2 tahun ke depan," jelas Dody.

"Kenaikan inflasi terbesar terjadi di negara maju, dampak ketidak seimbangan supply atau miss match supply pasca mega stimulus yang digelontorkan selama pandemi, belum ditopang industri sudah masuk seperti sebelum pra pandemi," kata Dody lagi.


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Main-main dengan Inflasi, Masalah Perut Orang Banyak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular