Mendag Lutfi Tegaskan Tak akan Nyerah Lawan Mafia Pangan

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
18 March 2022 15:22
Blak-blakan Mendag Soal Krisis Minyak Goreng RI
Foto: infografis/Blak-blakan Mendag Soal Krisis Minyak Goreng RI/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menegaskan tidak akan menyerah dan terus melawan mafia pangan. Dia menepis anggapan bahwa pemerintah telah kalah dengan pengusaha atau mafia pangan setelah ada keputusan harga minyak goreng kemasan kepada ditentukan melalui mekanisme pasar.

"Saya sebagai pemerintah tidak bisa kalah dari mafia dan spekulan yang merugikan rakyat itu saya jamin," tegas Lutfi usai mendengar pertanyaan dan tanggapan dari Komisi VI DPR RI dalam Rapat Kerja, Kamis (17/3/2022).

Lutfi mengakui satu-satunya kesalahan yang tidak diantisipasi adalah perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia, sehingga harga komoditas melonjak naik, termasuk minyak sawit yang berdampak pada harga minyak goreng.

Sementara masalah utama krisis minyak goreng ini disebabkan harga yang dipatok HET Rp 14 ribu melawan mekanisme pasar. Dimana terjadi disparitas yang tinggi antara harga dalam negeri dan luar negeri. Sehingga Lutfi tidak menampik adanya pihak-pihak yang melakukan kecurangan.

Untuk memberantas mafia pangan, Lutfi sudah bekerja sama dengan Kepolisian untuk memproses hukum masalah oknum yang bermain di industri minyak goreng. Dia mengaku sudah mengantongi beberapa nama yang akan dirilis pada Senin mendatang.

"Ada tiga target yang ditetapkan hari Senin. Minyak curah subsidi dilarikan ke industri menengah ke atas, minyak goreng curah subsidi jadi minyak goreng premium, dan minyak goreng curah subsidi malah dilarikan ke luar negeri. Jadi ada tiga calon tersangka, nanti akan dikarungi oleh polisi," kata Lutfi.

Meski harga migor kemasan dilepas ke pasar, namun harga migor curah tetap disubsidi ditahan pada harga Rp 14 000 per liter. Uang subsidi ini didapat dengan menaikkan Pungutan Ekspor dan Bea Keluar CPO dan turunannya. Sehingga PE dan BK CPO saat ini mencapai US$ 675 per ton, ada kenaikan US$ 300 per ton. Potensi tambahan pemasukan dari kenaikan PE dan BK mencapai Rp 110 triliun.

"Kalau kita lihat harga hari ini, maka iuran BPDPKS (PE) dan bea keluar dari US$375 menjadi US$675 dolar. Akan ada keekonomian dimana akan lebih untung jual (CPO) di dalam negeri dari pada ekspor," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengakuan Mendag, Harga Pangan Ini Beterbangan Gegara Perang!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular