Internasional

Presiden Ukraina Tegaskan Tak Akan Gabung NATO, Sebut Lemah

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 16/03/2022 09:25 WIB
Foto: REUTERS/UMIT BEKTAS

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali memberikan sinyal bahwa negaranya tak akan bergabung dengan NATO. Setidaknya dalam waktu dekat ini.

"Selama bertahun-tahun kami telah mendengar tentang bagaimana pintu seharusnya terbuka (untuk keanggotaan NATO) tetapi sekarang kami mendengar bahwa kami tidak dapat masuk," katanya dalam pidato yang disampaikan ke Pasukan Ekspedisi Gabungan (CJEF), tentara gabungan Inggris-Prancis, Selasa (15/3/2022).

"Dan itu benar dan harus diakui."


Ia mengatakan ini membuat Ukraina sadar Bahwa, negara itu harus mengandalkan diri mereka sendiri dan mitra.

Terlebih NATO juga enggan mengumumkan zona larangan terbang di atas langit Ukraina. Ini, kata dia, membuat lebih dari 800 rural Rusia menghantam negerinya dan menyebabkan banyak warga meninggal.

"Lebih dari 800 rudal Rusia yang menghantam negara kami adalah jawaban atas pertanyaan lama tentang NATO, apakah pintu aliansi benar-benar terbuka untuk Ukraina," tegas Zelenksy.

"Jika mereka terbuka, jika jujur, kita tidak perlu meyakinkan aliansi selama 20 hari untuk menutup langit di atas Ukraina, untuk menutup (Ukraina) dari kematian yang dibawa oleh Angkatan Udara Rusia."

Di kesempatan yang sama, ia pun kembali mengkritik pakta pertahanan itu. Menurutnya, salah satu pasal NATO sangat lemah.

Ini merujuk ke Pasal 5 dari perjanjian Atlantik Utara yang mewajibkan negara-negara anggota untuk membantu negara anggota mana pun yang terkena serangan bersenjata. Sebelumnya pasal itu diterapkan untuk pertama kalinya setelah serangan 11 September di AS, di mana pasukan dikerahkan ke Afganistan.

"Beberapa negara aliansi telah mengintimidasi diri mereka sendiri, mengatakan bahwa mereka tidak dapat menjawab. Bahwa mereka tidak dapat bertabrakan dengan rudal dan pesawat Rusia di langit Ukraina. Karena ini, kata mereka, akan menyebabkan eskalasi dan menyebabkan Perang Dunia III," jelasnya.

"Dan apa yang akan mereka katakan jika Rusia melangkah lebih jauh ke Eropa, menyerang negara lain? Saya yakin (jawabannya) hal yang sama mereka katakan ke Ukraina. Pasal 5 perjanjian NATO tidak pernah selemah sekarang. Ini hanya pendapat kami."

Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari. Sejak itu Moskow belum bisa menguasai pusat pemerintahan Kyiv. Sejumlah media seperti CNN International menyebut ledakan terdengar kembali Selasa malam waktu setempat diiringi suara sirine di ibu kota itu.

Ukraina mencatat 1.700 lebih warga sipil tewas. PBB menyebut 3 juta orang telah mengungsi.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sekjen Nato Yakin Anggotanya Bakal 'Legowo' Anggaran Baru Naik