Bos NATO Bicara Kekuatan Militer Rusia, Menakutkan?

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
18 December 2021 18:35
Tentara Rusia, Uzbekistan dan Tajikistan saat latihan militer bersama. (AP/Didor Sadulloev)
Foto: Tentara Rusia, Uzbekistan dan Tajikistan saat latihan militer bersama. (AP/Didor Sadulloev)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia tengah mengalami masalah ekonomi, namun militer Rusia tetap tangguh, apalagi dengan persenjataan canggih, bahkan untuk perang siber. Tidak heran, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kalau Rusia masih menjadi ancaman.

"Ekonomi Rusia tengah terpuruk. PDB mereka tidak sama dengan negara lain, namun dengan kondisi yang seperti itu, mereka tetap ancaman dan tantangan negara lain," kata Jens kepada CNBC, Sabtu (18/12/2021).

Jens menambahkan kalau banyak negara, terutama Eropa harus menganggap serius Rusia yang berinvestasi pada kemampuan militer modern dan baru. Mereka mengerahkan rudal hipersonik baru, dan juga rudal berkemampuan nuklir baru.

Komentar itu muncul di tengah ketegangan yang meningkat dan serangkaian ancaman verbal antara Rusia dan Barat, dengan latar belakang penumpukan pasukan besar-besaran Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina. Pejabat Ukraina dan Barat khawatir akan invasi darat Rusia ke tetangga baratnya, yang semenanjung Krimeanya dianeksasi Rusia pada 2014. Moskow telah menolak gagasan itu, dan malah menunjuk apa yang dikatakan sebagai agresi dari Ukraina.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan kepada CNBC pada hari Kamis,"Putin belum memutuskan apakah akan melakukan operasi militer. Tetapi jika dia memutuskan untuk melakukannya, segalanya akan terjadi dalam sekejap mata."

NATO akan terus memberikan 'dukungan' untuk Ukraina

Pejabat Ukraina mengatakan sekitar 90.000 tentara Rusia telah berkumpul di sepanjang perbatasan, dan citra satelit menunjukkan sejumlah besar persenjataan berat bersama mereka.

"Apa yang kami lihat sekarang sangat memprihatinkan karena kami melihat penumpukan militer Rusia secara bertahap namun signifikan di dalam dan sekitar Ukraina dengan unit lapis baja, artileri, tank tempur, dan dengan puluhan ribu pasukan kombatan," kata Stoltenberg.

Pejabat Barat telah memperingatkan "konsekuensi parah" bagi Rusia jika terjadi konflik baru, tetapi belum merinci apa yang mungkin berada di luar sanksi potensial. Beberapa analis mengatakan ini menandakan kurangnya ketegasan atau pendekatan terpadu di antara para pemimpin Barat tentang bagaimana menghadapi Rusia.

Bagaimanapun, NATO telah menyatakan komitmennya untuk memberikan "dukungan" bagi Ukraina sebagai mitra. Meskipun karena bukan anggota resmi aliansi transatlantik, itu tidak tercakup dalam perjanjian pertahanan bersama yang akan menjamin perlindungan NATO jika diserang.

"Kami tidak melihat ancaman terhadap sekutu NATO, kami melihat ancaman terhadap Ukraina," kata Stoltenberg.

Stoltenberg juga menekankan perlunya dialog dengan Rusia untuk mengurangi ketegangan, sesuatu yang juga diminta oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun, sejauh ini dialog itu belum terwujud.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas! Penyebab Putin Ancam Kerahkan Rudal Nuklir ke Eropa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular