
Perang Bikin Harga-harga Naik, PPN Ikut Naik Pula! Amsyong...

Kenaikan harga berbagai komoditas tersebut memang terjadi di pasar internasional. Namun pada saatnya akan merasuk ke perekonomian nasional.
Minyak goreng, misalnya. Kenaikan harga CPO, bahan baku minyak goreng, membuat harga produk itu melesat.
Mengutip catatan Pusat Informasi Harga Strategis (PIHPS), harga minyak goreng kemasan bermerk I per 10 Maret 2022 adalah Rp 20.600/kg. Ini adalah yang termahal sejak 28 Januari 2022.
Tingginya harga CPO dunia membuat produsen lebih memilih menjual hasil panen ke luar negeri. Akibatnya, pasokan CPO domestik menipis sehingga mempengaruhi produksi minyak goreng. Tidak hanya mahal, kini minyak goreng juga menjadi barang langka di pasaran.
Selain CPO, kenaikan harga gandum juga bakal berdampak kepada wong cilik. Jadi saat harga gandum melonjak gara-gara konflik di Ukraina, maka jangan kaget kalau harga sejumlah kebutuhan pokok bakal ikut naik. Dalam beberapa waktu ke depan, mungkin harga mie, roti, dan sereal akan terkerek.
"Makanan pokok di Indonesia adalah nasi. Namun gandum dan kedelai juga banyak dikonsumsi karena menjadi bahan baku untuk makanan seperti mie, roti, dan tahu. Meski secara umum Rusia dan Ukraina tidak terlalu berkontribusi terhadap perdagangan internasional, tetapi Ukraina menyumbang sekitar 26% dari impor gandum Indonesia," sebut Helmi Arman, Ekonom Citi, dalam risetnya.
Kalau ini benar-benar terjadi, maka dampaknya juga akan dirasakan oleh penduduk miskin di Tanah Air. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, mie instan adalah salah satu komoditas pangan yang banyak dikonsumsi oleh rakyat miskin.
Pada September 2021, mie instan menyumbang 2,56% dari garis kemiskinan di perkotaan sedangkan di perdesaan kontribusinya 2,29%. Sementara kontribusi roti terhadap garis kemiskinan di perkotaan adalah 1,76% dan di perdesaan 1,7%.
"Dampak inflasi akibat perang tidak bisa dikesampingkan. Produk gandum dan kedelai, bersama minyak goreng, menyumbang 3-4% terhadap Indeks Harga Konsumen. Ini hampir sama dengan beras. Jadi kenaikan harga produk-produk tersebut bisa menaikkan inflasi Indonesia lebih dari 0,04 poin persentase," lanjut Helmi.
Sayangnya, potensi kenaikan harga ini akan dibarengi dengan kenaikan tarif PPN mulai bulan depan. Harga barang yang sudah mahal bakal lebih mahal lagi. Kasihanilah rakyat, sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Kenaikan harga komoditas gara-gara perang di luar dari kendali kita. Walaupun perang usai, sanksi terhadap Rusia tidak bisa langsung dicabut. Perlu proses, perlu negosiasi, perlu diplomasi.
Namun tarif PPN adalah hal yang masih dalam kendali, pemerintah bisa melakukan sesuatu untuk melindungi daya beli rakyat. Penundaan kenaikan tarif PPN mungkin adalah jalan paling bijak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)