CPO Rekor, Mendag Lutfi Sebut Indonesia Bisa Mendikte Dunia

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Kamis, 10/03/2022 12:55 WIB
Foto: Bongkar Muat Minyak Crude Palm Oil (CPO) (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar dalam mengatur komoditas unggulan di pasar internasional, terutama minyak kelapa sawit (CPO).

Dimana, saat pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengumumkan kebijakan 20% Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) pada Januari lalu, terlihat ada goncangan di pasar. Harga CPO melambung dan mengukir harga tertinggi sepanjang masa kala itu, yakni ketika ditutup di MYR5.628/ton.

"Pengalaman dari CPO dalam 3 minggu terakhir ini menunjukkan, ketika Indonesia kompak harga naik, ketika kita ingin mengendorkan, harga turun. Ketika kemarin saya umumkan DMO naik lagi jadi 30% itu harga CPO di-suspend dua kali di stock exchange. Kenapa? Karena naik 10% di-suspend, naik lagi 10% di suspend. Jadi ini menunjukkan kita bisa mendikte dunia," katanya saat pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis (10/3/22).


Indonesia sendiri berperan penting dalam pasar CPO, baik sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar secara global. Sepanjang periode 2020-2021, Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah terbesar secara global dengan berkontribusi sekitar 58% dari total produksi CPO dunia.

Di posisi kedua, ada Negeri Jiran Malaysia dengan kontribusi produksi sebesar 26%. Ini berarti, duo Indonesia dan Malaysia menyumbang sekitar 84% dari total produksi CPO dunia.

Tidak hanya soal produksi, RI juga menjadi pemimpin eksportir CPO dunia dengan menyumbang 56% dari total ekspor CPO global. Sementara, di peringkat kedua, Malaysia berkontribusi sebesar 34% dari total ekspor CPO dunia. Apabila digabungkan, Indonesia dan Malaysia berkontribusi sekitar 90% dari total ekspor minyak sawit mentah global.

Lutfi berharap Indonesia bisa memegang kendali atas berbagai komoditas lain di pasar dunia, bukan hanya barang mentah dan barang setengah jadi, namun juga barang bernilai tambah.

"Bukan hanya kelapa sawit di masa kini tapi nikel di masa mendatang, mudah-mudahan nikel mudah-mudahan diikuti bauksit alumunium dan juga copper bahan-bahan turunan yang akan menjadi penting di masa-masa mendatang. Maka dari itu kita mesti memastikan barang Indonesia menjadi pilar perekonomian dunia , tetapi bukan kita ditentukan dunia. Ini mesti kita pikirkan bersama-sama," ujarnya.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemenyan Jadi Sumber Cuan