
2 Kali Puasa 2 Kali Lebaran Abang Tak Pulang, Tahun Ini Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perlahan tetapi pasti, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia mulai mereda. Puncak kasus positif harian akibat penyebaran varian Omicron sudah terlalui.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan tren kasus positif memang terus turun signifikan. Kasus positif sempat menanjak drastis mulai akhir Januari 2022 dan mencapai puncaknya pada 16 Februari 2022 dengan jumlah kasus mencapai 64.718. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi selama pandemi melanda Indonesia sejak Maret 2020.
Pada pekan lalu (1-7 Maret 2022), total kasus positif tercatat 205.657, turun 38,2% dibandingkan dengan pekan sebelumnya 332.525. Kasus di Jawa-Bali adalah 135.345, turun 39,6% dibandingkan pekan sebelumnya 223.960.
Jawa Barat, yang menjadi salah satu episentrum penyebaran kasus pada gelombang Omicron, menunjukkan tren penurunan yang signifikan. Pada pekan lalu, kasus di Jawa Barat adalah 42.137, turun 41,2% dibandingkan pekan sebelumnya (71.716).
Kemarin, Indonesia melaporkan tambahan kasus sebanyak 21.380, terendah sejak sejak 2 Februari 2022. Jumlah tersebut juga sudah turun drastis 66,7% dibandingkan puncak pandemi 16 Februari lalu.
Tingkat keterisian tempat rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) juga semakin terkendali. Pada puncak gelombang Omicron pertengahan Februari lalu, BOR berada di kisaran 33%. Pada puncak Delta, BOR berada di kisaran 75% bahkan untuk beberapa wilayah seperti DKI Jakarta di atas 90%.
Halaman Selanjutnya --> Pemerintah Longgarkan PPKM, Hapuskan Wajib Tes Antigen-PCR
Melihat perkembangan tersebut, pemerintah semakin mantap untuk melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kini PPKM di wilayah Jabodetabek sudah turun dari Level 3 menjadi Level 2.
Pemerintah juga melonggarkan syarat perjalanan. Kewajiban tes antigen dan Polymerase Chain Reaction (PCR) dihapus bagi yang sudah divaksin dosis lengkap.
Per 6 Maret 2022, sudah 147,86 juta penduduk Indonesia yang divaksin lengkap (dua dosis). Indonesia berada di peringkat empat dunia.
![]() |
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang juga Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, berbagai pelonggaran itu merupakan bagian dari transisi menuju aktivitas normal. Pemerintah percaya situasi pandemi sangat terkendali sehingga pelonggaran besar bisa dilakukan. Pada akhirnya, pandemi akan menuju endemi dan masyarakat bisa hidup bersama Covid-19.
"Semua kebijakan dalam proses transisi yang akan kita lalui bersama. Semua upaya yang ada perlu disertai edukasi yang mumpuni agar berdampingan bersama Covid-19 nantinya bukan hanya slogan saja," kata Luhut.
Penyebaran virus corona varian Omicron dan pengetatan PPKM bulan lalu membuat aktivitas dan mobilitas masyarakat terbatas. Mengutip Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, tingkat kunjungan masyarakat ke tempat perbelanjaan ritel dan rekreasi pada Februari 2022 rata-rata adalah 3,68% lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Lebih sepi dibandingkan Januari 2022 yang 7,45% di atas hari-hari biasa dan Desember 2021 yang 9,97% lebih tinggi ketimbang masa pra-pandemi.
Di sisi lain, aktivitas di dalam rumah pada Februari 2022 tercatat 9,23% di atas hari-hari sebelum pandemi. Lebih tinggi dibandingkan pada bulan sebelumnya yakni 5,28% di atas pra-pandemi.
Penurunan aktivitas masyarakat di luar rumah dan aktivitas berbelanja berdampak pada aspek perekonomian. Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Penjualan Riil (IPR) periode Januari 2022 diperkirakan 211, turun 2,4% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Memburuk dibandingkan Desember 2021 yang naik 7,6% mtm.
Kemudian aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Februari 2022 adalah 51,2. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 53,7 dan menjadi yang terendah sejak Agustus 2021.
Loyonya ekonomi pada Februari bisa berpengaruh besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022. Pelonggaran yang dilakukan pemerintah menjadi sinyal jika pemerintah siap membuka 'keran' aktivitas masyarakat untuk mendorong perekonomian.
Pelonggaran ini juga dilakukan menjelang Ramadan, yang jatuh pada 2 April 2022. Sebagai mana diketahui, Ramadan menjadi puncak dari konsumsi masyarakat sekaligus pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada saat mudik Hari Raya Idul Fitri, puluhan juta masyarakat Indonesia juga akan kembali ke kampung halaman mereka, sebuah tradisi yang selama bertahun-tahun menggerakan konsumsi dan ekonomi di daerah. Gara-gara pandemi, tradisi mudik ini absen selama dua tahun terakhir. Dua kali puasa, dua kali lebaran, tidak bisa mudik.
Ramadan-Idul Fitri tahun ini menjadi titik penting untuk melihat apakah konsumsi Indonesia akan kembali bergerak semarak seperti tahun-tahun sebelum pandemi. Setelah dua tahun dalam suasana yang penuh keprihatinan, kini mungkin saatnya Indonesia bisa menyambut Ramadan-Idul Fitri dengan lebih semarak.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 di mana ada momen Ramadan-Idul Fitri tumbuh 7,07% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhan kembali melambat pada kuartal III-2021 menjadi 3,51% yoy sebelum naik ke 5,02% pada kuartal pamungkas 2022.
Di luar tradisi mudik, pelonggaran pun diharapkan bisa berdampak besar terhadap industri pariwisata Indonesia, terutama di Bali. Dalam dua tahun terakhir, gerak ekonomi di Pulau Dewata turun drastis karena pandemi Covid-19, pembatasan mobilitas, dan kebijakan lockdown di berbagai negara.
Ekonomi Bali terkontraksi 9,31% pada 2020 dan masih terkontraksi 2,47% pada tahun 2021. Kunjungan wisatawan mancanengara ke Bali pada tahun 2020 hanya 43, anjlok dibandingkan 1,06 juta pada 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Pandemi Mirip Covid Diramal Muncul Lagi