NATO Tolak Permintaan Ukraina Soal No-Fly Zone, Ini Alasannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO menolak permintaan Pemerintah Ukraina yang menginginkan wilayahnya dijadikan zona bebas terbang atau no-fly zone. Hal itu disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg, Jumat (4/3/2022).
Dalam kesempatan itu, Stoltenberg mengatakan bahwa bila permintaan ini dilakukan, akan ada implikasi serius yang justru membuat perang semakin besar dan meluas.
"Kami bukan bagian dari konflik ini. Kami memiliki tanggung jawab sebagai sekutu NATO untuk mencegah perang ini meningkat di luar Ukraina karena itu akan lebih berbahaya, lebih menghancurkan dan akan menyebabkan lebih banyak penderitaan manusia," ujarnya sebagaimana dikutip Reuters.
Hal ini pun membuat pemerintah Ukraina meradang. Presiden Volodymyr Zelenskyy menyebut bahwa NATO merupakan aliansi lemah yang tidak peduli penderitaan dan pertumpahan darah di negaranya. Ia mengatakan larangan ini justru dapat melindungi warga Ukraina dari serangan udara Rusia.
"Mengetahui bahwa serangan dan korban baru tidak dapat dihindari, NATO secara sadar mengambil keputusan untuk tidak menutup langit di atas Ukraina. Semua orang yang akan mati mulai hari ini, akan mati juga karena Anda," kata Zelenskyy mengkritik aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) itu dikutip dari ABC News, Sabtu.
Analis sendiri berpendapat penerapan hal ini memang akan membawa konsekuensi konflik yang lebih luas. Senior Partner Studi Pertahanan dan Kebijakan Luar Negeri di Cato Institute, Ted Galen Carpenter, bahkan menerangkan ada potensi perang nuklir bila hal ini benar-benar dilakukan.
"Itu akan sangat meningkatkan bahaya perang antara AS dan Rusia, dan kita berbicara tentang perang dengan implikasi nuklir pada saat itu. Saya tidak berpikir siapa pun di AS yang berpikir bahwa keamanan Ukraina layak untuk mengambil tingkat risiko itu," kata Carpenter kepada CNN.
Mendekati pekan kedua serangan Rusia ke Ukraina, pertempuran sengit masih terjadi di beberapa wilayah seperti Chernihiv dan Kharkiv serta mendekati ibukota Kyiv.
Meski serangan masih intens dilakukan namun kedua pihak telah mengirimkan delegasinya masing-masing untuk berdiskusi terkait serangan ini. Sejauh ini, kedua pihak baik Rusia dan Ukraina sepakat untuk melakukan gencatan senjata di beberapa wilayah untuk melakukan mobilisasi bantuan kemanusiaan serta evakuasi warga.
(tps/tps)