Internasional

WHO Sebut Bukan Pandemi Covid yang Bakal Berakhir di 2022

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
25 February 2022 07:00
The logo of the World Health Organization is seen at the WHO headquarters in Geneva, Switzerland, Thursday, June 11, 2009. The World Health Organization held an emergency swine flu meeting Thursday and was likely to declare the first flu pandemic in 41 years as infections climbed in the United States, Europe, Australia, South America and elsewhere. (AP Photo/Anja Niedringhaus)
Foto: Logo World Health Organization (WHO) (AP Photo/Anja Niedringhaus)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memberi kabar melegakan. Ia mengatakan fase akut pandemi Covid-19 bisa berakhir pertengahan tahun 2022 ini.

Fase akut berakhir karena angka vaksin yang tinggi di beberapa negara, ditambah rendahnya tingkat keparahan varian Omicron dibandingkan varian sebelumnya. Meski begitu, bukan berarti pandemi Covid-19 berakhir sepenuhnya.

"Tapi (pandemi Covid-19) tidak (berakhir sepenuhnya). Tidak ketika 70.000 orang dalam seminggu meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dan diobati," kata Ghebreyesus dalam pidato di Konferensi Keamanan Munich akhir pekan lalu, dikutip dari Business Insider, Jumat (25/2/2022).

"Tidak ketika 83% penduduk Afrika belum menerima vaksin dosis tunggal," lanjutnya. "Tidak ketika sistem kesehatan terus tegang dan retak di bawah beban kasus. Tidak ketika kita memiliki virus yang sangat menular yang beredar hampir tidak terkendali, dengan pengawasan yang terlalu sedikit untuk melacak evolusinya."

Meski fase akut pandemi berakhir, Ghebreyesus memperingatkan bahwa dunia tetap harus bersiap untuk potensi lebih banyak varian yang muncul. Bahkan, kata dia, kondisi ideal untuk varian yang lebih menular dan lebih berbahaya bisa terjadi.

Pernyataan optimis Tedros ini bukan yang pertama. Awal 2022, ia sempat berujar yakin status darurat kesehatan masyarakat bisa dicabut tahun ini.

Selain itu, Tedros juga meminta agar pasokan vaksin, alat tes corona hingga perawatan pasien diberikan secara adil. Menurutnya, dunia tidak akan bisa 'bebas' dari Covid-19, jika masih ada negara yang kesulitan untuk mengatasi pandemi karena keterbatasan fasilitas kesehatan.

Sebagaimana diketahui, vaksinasi Covid-19 kini masih jadi persoalan, di mana ada kesenjangan antara negara miskin dan kaya. Afrika misalnya, masih menjadi benua dengan cakupan vaksin Covid-19 terendah, yakni baru 11% dari total populasi.

Sementara negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi sudah mulai melonggarkan bahkan membatalkan aturan terkait Covid. Contohnya ketika vaksinasi menjadi lebih umum, Amerika Serikat (AS) mulai melonggarkan mandat masker dan vaksin.

Kini dunia mencatat lebih dari 431 juta kasus infeksi, 5,9 juta kematian, dan 360 juta pasien berhasil sembuh, menurut data Worldometers.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak, WHO Beri Ramalan Melegakan soal Pandemi Tahun Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular