Tantangan Transisi Energi, Investasi Migas Turun?

Lalu Rahadian, CNBC Indonesia
24 February 2022 16:25
PT Pertamina Hulu Energi (PHE). (Dok: Pertamina)
Foto: PT Pertamina Hulu Energi (PHE). (Dok: Pertamina)

Jakarta, CNBC Indonesia - Proses transisi energi yang tengah dilakukan Indonesia dan banyak negara, dinilai akan berdampak pada aliran investasi ke sektor minyak bumi dan gas (migas). Menurut Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Budiman Parhusip, investasi migas saat ini dalam tren menurun seiring upaya pengurangan emisi.

Penurunan nilai investasi migas terjadi karena saat ini dunia sedang berupaya mengurangi emisi dan tren dunia energi mengarah ke pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Berkurangnya tingkat investasi membuat suplai migas saat ini dan ke depannya terganggu.

"Hal ini mempengaruhi demand dan supply di mana investasi menurun dan mempengaruhi suplai masa depan, sementara demand diprediksi masih meningkat. Hal ini harus diperhatikan dan dibuat strategi bahwa untuk development harus dipercepat menggunakan momen saat ini, di mana harga minyak tinggi kita harus percepat pengembangan lapangan-lapangan yang ada," kata Budiman dalam Energy Outlook 2022 yang diadakan CNBC Indonesia, Kamis (24/2/2022).

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), realisasi investasi migas pada 2021 hanya mencapai US$ 10,7 miliar atau 86,4% dari target US$ 12,38 miliar.

Nilai investasi 2021 yang mencapai US$ 10,7 miliar tersebut setara Rp 155 triliun (kurs Rp 14.500/US$). Jumlah tersebut memang meningkat dibandingkan realisasi investasi tahun 2020 yang sebesar US$ 10,5 miliar.

Dia menambahkan penurunan nilai investasi harus diatasi dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga minyak dunia secara cepat. Apabila momen ini bisa dimanfaatkan secara cepat, pelaku usaha sektor migas bisa mendapat tambahan modal untuk merawat lapangan eksisting atau menambah jumlah cadangan migas.

"Kita harap dengan dukungan harga minyak lapangan yang tidak ekonomis jadi ekonomis dan bisa dikembangkan untuk tambah cadangan dan produksi migas. Ini kesempatan bagi operator migas di Indonesia dan wilayah lain di negara-negara lain untuk tingkatkan produksi dan cadangan," katanya.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut kebutuhan investasi migas akan semakin meningkat ke depannya. Hal ini untuk mencapai target besar industri hulu migas, yakni pencapaian target produksi minyak sebesar 1 juta barel minyak per hari (BPOD) dan produksi gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.

Dwi juga mengatakan seluruh pemangku kepentingan perlu melakukan usaha bersama untuk menciptakan iklim investasi yang mendukung pencapaian target besar tersebut

"Diperlukan perbaikan fiskal untuk meningkatkan investasi migas ke depan dan mendukung program 1 Juta BOPD Minyak dan 12 BSCFD Gas di 2030," tuturnya.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Live Now! Strategi RI Songsong Energi Masa Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular