Internasional

Mengenal Boris Johnson, PM Inggris Cabut Aturan Isoman Covid

sef, CNBC Indonesia
22 February 2022 08:55
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson
Foto: Perdana Menteri Inggris Boris Johnson (AP Photo/Alastair Grant)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris kini menghapus semua aturan hukum pembatasan virus corona (Covid-19). Bermula dari masker awal Januari lalu, kini kerajaan itu tak lagi mewajibkan seseorang yang terinfeksi corona melakukan isolasi mandiri (isoman) bahkan menghapus pengujian corona gratis.

Hal itu dikatakan langsung Perdana Menteri Boris Johnson, Senin (21/2/2022) waktu setempat. Kewajiban untuk isolasi mandiri dicabut mulai Kamis nanti sementara tes pengujian Covid-19 gratis tak akan lagi disediakan pemerintah mulai 1 April.

"Hari ini bukanlah hari di mana kita bisa mendeklarasikan kemenangan atas Covid, karena virus ini tidak kunjung hilang," katanya melalui Twitter @BorisJohnson, Selasa (22/2/2022).

"Tetapi ini adalah hari ketika semua upaya dalam dua tahun terakhir akhirnya memungkinkan kami untuk melindungi diri kami sendiri sambil memulihkan kebebasan kami sepenuhnya."

Siapa Johnson sebenarnya?

Johnson sendiri memiliki nama asli Alexander Boris de Pfeffel Johnson. Pria kelahiran 19 Juni 1964 itu adalah politisi Partai Konsevatif di kerajaan Ratu Elizabeth itu.

Ia menjabat sebagai PM sejak 24 Juli 2019. Mantan wartawan itu menggantikan Theresa May yang mengundurkan diri karena merasa bertanggung jawab atas kegagalannya membawa Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).

Awalnya ia adalah menteri luar negeri. Ia sendiri berasal dari Partai Konservatif, dan sebagai Tory (anggota konservatif), ia dikenal sangat liberal.

Beberapa kontroversi pernah menghampiri dirinya. Mengutip CNBC International, ia dipecat dari posisi jurnalis di The Times, tahun 2002 karena menggunakan istilah rasis ketika menulis artikel tentang perjalanan perdana menteri Inggris kala itu ke Republik Demokratik Kongo.

Ia memang meminta maaf atas hal itu. Namun selama beberapa tahun, kata-kata rasis memang tak asing dipakai Johnson, sehingga ia dicap sebagai pribadi yang eksentrik, tidak sopan, serta 'berantakan', layaknya penampilan rambutnya.

Ia juga banyak dikritik karena bersikap Islamofobia, setelah menyebut wanita Muslim yang mengenakan cadar terlihat seperti kotak surat. Dia juga pernah mengatakan Hillary Clinton tampak seperti "perawat sadis di rumah sakit jiwa".

Dalam tulisannya, Washington Post sempat menyebutnya sebagai sosok yang mirip Donald Trump, mantan Presiden AS, sebelum Joe Biden. Di Juli 2019, sebulan setelah ia menjabat Trump sendiri bahkan mengakui itu.

"Mereka menyebutnya Trump dari Britaria," kata Trump dikutip BBC International.

Halaman 2>>

Terkait pelonggaran aturan Covid-19 Inggris, banyak yang berpendapat ini karena skandal pesta yang dihadiri 100 orang di Downing Street. Ini terjadi Mei 2020, kala Inggris melakukan penguncian ketat (lockdown) akibat pandemi.

Padahal kala itu, warga Inggris hanya diizinkan untuk bertemu satu orang saja dari luar rumah. Mereka pun harus bertemu di luar ruangan dengan sejumlah aturan ketat lain.

Foto-foto yang beredar menggambarkan bagaimana ia dan istri serta 17 angora staf minum anggur dan makan keju. Meski mengakui ke parlemen Inggris bahwa dia telah menghadiri acara di Downing Street selama penguncian Covid-19, ia berdalih kegiatan itu adalah "acara kerja".

"Fakta berbicara," kata pemimpin partai oposisi, Partai Buruh, Kier Starmer, dikutip CNBC International.

"Saya pikir dia melanggar hukum. Saya kira ada baiknya dia mengakui bahwa dia melanggar hukum."

Hal sama juga dikatakan sejumlah anggota parlemen dari Partai Konservatif, asal Johnson. Ia bahkan diminta mengundurkan diri.

Posisinya dianggap tak bisa dipertahankan karena kemarahan publik telah meningkat akibat semakin banyak laporan tentang pesta di gedung-gedung pemerintah yang digelar. Sebagian lain juga mempertanyakan penilaian Johnson dan budaya kerja di Downing Street.

Johnson dikabarkan sudah meminta maaf ke Ratu Elizabeth II akibat skandal ini. Johnson juga menawarkan "permintaan maaf yang tulus" meski tetap membela dirinya, di hadapan House of Commons (Majelis Rendah Parlemen) Inggris.

Sementara itu pelonggaran Covid-19 kali ini disebut oposisi adalah guna menyelamatkan muka Johnson sendiri. Apalagi Jumat nanti, ia harus memberi pernyataan di depan parlemen.

Hal ini dikatakan Partai Nasional Skotlandia di Westminster, Ian Blackford menilai perubahan itu bukan melindungi publik. Tapi, melindungi "wajah Johnson sendiri".

Inggris mencatat 38.409 kasus baru Senin. Saat ini ada 1,6 juta kasus aktif.

Negara itu sempat mencatat hampir 200.000 kasus sehari Januari 2022. Saat ini tercatat 160.610 kematian akibat corona di negara itu.

Inggris adalah negara dengan kematian Covid-19 terbanyak kedua di Eropa. Total kematian terbanyak masih dicatat Rusia.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular