
PPKM Ketat, Utang, dan Sederet PR Besar Ekonomi RI

Dengan memasukkan beberapa tantangan yang bisa menghadang implementasi kebijakan pemerintah, Moody's berharap reformasi struktural yang sudah dijalankan bakal mendukung daya saing investasi dan ekspor, dengan kendala yang terbatas.
Secara material, kemampuan menjalankan reformasi fiskal akan berimplikasi terhadap profil kredit pemerintah ke depannya. "Reformasi penerimaan negara dan rencana normalisasi fiskal yang baru saja disetujui akan mendukung terciptanya stabilisasi beban utang tahun depan," demikian tulis Moody's dalam laporan yang dirilis pada Kamis (10/2/2022).
Reformasi tersebut, lanjutnya, semestinya bisa diimplementasikan secara gradual. Meski menghadapi penundaan atau perbaikan seperti Omnibus Law, tetapi setidaknya bisa terjaga sehingga mempertahankan berbagai metrik pertumbuhan dan fiskal di level sekarang.
Rating Baa2 tersebut juga telah mempertimbangkan kekuatan fiskal yang relatif lemah. Secara khusus, kemampuan ekspansi utang masih lemah, meski rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di level lebih rendah dibandingkan dengan negara sejenis.
Maklum saja, defisit APBN memang melebar dari 2,2% (2019) menjadi 6,1% (2020) akibat gelontoran stimulus seperti yang terjadi di seluruh negara maju. Tahun lalu, defisit membaik menjadi 4,6%. Tahun ini, defisit APBN diprediksi di angka 3,8%.
Rating yang sama juga diberikan bagi Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III (PPSI III), yang merupakan peruntukan khusus (special purpose vehicle/SPV) yang didirikan oleh pemerintah Indonesia khusus untuk mengelola penerbitan surat berharga negara (SBN).
Dari sisi keamanan beban utang eksternal, Moody's menilai batas atas utang Indonesia dalam jangka panjang dalam kurs local (local-currency/LC) masih di level A1 sementara batas atas utang jangka panjang dalam kurs asing (foreign currency/FC) masih tak berubah di level A3.
Rentang empat noktah keduanya menunjukkan rendahnya risiko politik akan berdampak signifikan mendisrupsi ekonomi atau memicu ketakseimbangan eksternal. Selain itu, juga menunjukkan rendahnya beban utang eksternal dan kecilnya kemungkinan moratorium utang.
Namun, Moody's mengingatkan bahwa efek jangka panjang pandemi terhadap pasar tenaga kerja serta pendidikan masih belum jelas meskipun pemerintah telah berupaya mengurangi efek buruk di sektor tersebut.
Tantangan lain yang menunggu adalah bagaimana mendorong investasi, khususnya di sektor usaha kecil dan menengah (UKM), melalui kebijakan dan program yang berkelanjutan untuk mendorong partisipasi sektor swasta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]