
PPKM Ketat, Utang, dan Sederet PR Besar Ekonomi RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Prospek Indonesia dinilai menjanjikan dengan pertumbuhan ekonomi 5% tahun ini dan tahun depan, setelah Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh tahun lalu dengan pola pemulihan seperti yang terjadi pada krisis ekonomi di era Presiden Soekarno.
Adalah Moody's Investors Service yang dalam asesmen terbarunya menilai prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia cerah sehingga perusahaan pemeringkat ini mengafirmasi peringkat utang pemerintah Indonesia pada level Baa2 (layak investasi) dengan outlook stabil.
Peringkat yang sama juga diberikan untuk penerbitan surat utang senior berdenominasi lokal dan asing milik pemerintah, surat utang jangka menengah (medium term note/MTN), serta obligasi berkelanjutan di peringkat yang sama.
Ekspektasi dasar Moody's dibangun dengan asumsi bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang diambil selama pandemi-khususnya aksi bank sentral untuk ikut membiayai defisit fiskal-akan dinormalisasi akhir tahun ini, sesuai target pemerintah.
Apabila kebijakan tersebut efektif, maka kredibilitas pemerintah akan menguat dan memperkuat keyakinan investor asing, masuknya arus dana global, penguatan kurs, dan inflasi. Hal tersebut memberikan ruang pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya bagi Indonesia.
Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, krisis pandemi memicu kontraksi dengan pola pemulihan seperti era 1960-an ketika Presiden Soekarno berkuasa. Saat itu, pertumbuhan ekonomi terkontraksi 2,24% pada 1963, sebelum menguat setahun kemudian menjadi 3,53%.
Penyebab krisis saat itu adalah defisit fiskal akut yang menimpa Republik yang masih berusia muda, lantaran anggaran negara tersedot untuk membiayai proyek infrastruktur prestisius tapi bernilai tambah minim terhadap ekonomi seperti Tugu Monas, Sarinah serta beberapa operasi militer seperti pembebasan Irian Barat dan Ganyang Malaysia.
Kali ini, defisit fiskal terjadi akibat krisis pandemi yang memicu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menekan pergerakan masyarakat dan penyebaran virus. Yang tertekan tak cuma virus, tentu saja, sehingga ekonomi terkontraksi sebesar -2,07% pada 2020. Namun tahun lalu, pemulihan telah terlihat dengan ekspansi sebesar 3,69% pada 2021.
Menyusul pukulan pandemi terhadap pertumbuhan ekonomi, Moody's memperkirakan aktivitas ekonomi akan kembali ke rerata historisya mulai tahun depan, dengan pertumbuhan ekonomi yang akan terjaga di tingkat rerata historisnya ke depan.
Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, rerata historis pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,01%. Adapun Moody's memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dua tahun ke depan akan berada di angka 5%, atau lebih tinggi di atas rerata pertumbuhan negara dengan peringkat sama seperti Indonesia (Baa2) sebesar 3,7%.
HALAMAN SELANJUTNYA >> Reformasi Struktural Jadi Kunci