Produksi Batu Bara Januari Baru 5%, Terdampak Cuaca?

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
17 February 2022 14:35
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merencanakan produksi batu bara pada tahun ini mencapai 663 juta ton. Yang mana 166 juta tonnya untuk suplai dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO).

Sampai pada Januari 2022 ini, produksi batu bara mencapai 34 juta ton atau 5% dari rencana produksi 663 juta ton. Sementara realisasi batu bara DMO mencapai 13 juta ton.

"Sebagai upaya menjaga kewajiban perusahaan pertambangan laksanakan DMO telah ditetapkan pedoman pemberian sanski administratif penjualan batu bara keluar negeri. Kompensasi pemenuhan batu bara dalam negeri ada Kepmen 13/2022 selain itu aturan tersebut sebagai pedoman pemberian sanksi," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, Kamis (17/2/2022).

Sebelumnya Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava menyampaikan bahwa produksi batu bara pada Januari hingga Februari 2022 ini mengalami gangguan karena terdampak oleh cuaca itu adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Seperti yang diketahui, produksi batu bara BUMI diperoleh dari dua anak usahanya yakni PT Kaltim Prima Coal dan juga PT Arutmin Indonesia.

"Ya benar produksi terhambat, karena efek La Nina dan hujan lebat yang tidak biasa dari Desember 2021 dan kemungkinan akan berlanjut hingga akhir Maret 2022," terang Direktur BUMI Dileep Srivastava kepada CNBC Indonesia, Rabu (16/2/2022).

Oleh karena produksi terganggu akibat cuaca itu, ia berharap bahwa pihaknya bisa mendapatkan penangguhan pembatasan ekspor yang baru saja berlaku pada akhir Januari lalu.

Adapun Dileep memprediksi bahwa, akibat pasokan batu bara secara global jauh dari permintaan, harga batu bara dapat sebagian besar akan tetap tinggi di tahun ini. "Sayangnya energi terbarukan tidak dapat mengisi kesenjangan ini saat ini," tandas Dileep.

Tak hanya BUMI, produsen pertambangan batu bara seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga mengatakan bahwa saat ini produksi batu bara dihantui cuaca yang tidak mendukung.

"Secara perhitungan musim, pada kuartal I-2022 ini memang periode musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Namun, seharusnya hal ini bisa diprediksi dengan perencanaan yang baik," terang Head of Corporate Communication Adaro, Febriati Nadira kepada CNBC Indonesia, Rabu (16/2/2022).


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Patuhi Aturan Ini, Pengusaha Batu Bara Tak Bisa 'Nakal' Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular