Internasional

Ngeri Inflasi Tinggi Teror AS-Inggris-Eropa, RI Kena Dampak?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
17 February 2022 06:11
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden RI)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden RI)

Lonjakan inflasi menjadi persoalan hampir seluruh negara di dunia saat ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengungkapkan kekhawatirannya.

Misalnya inflame AS. Ini, kata dia, akan menimbulkan respons kenaikan suku bunga yang membuat tapering muncul.

"Likuiditas global akan diperketat, interest rate naik dan mulai terjadi di Maret. Orang tidak lagi berspekulasi kapan, tapi berapa tinggi kenaikan suku bunga," katanya pekan lalu.

Sebagai negara adidaya, kebijakan AS akan mempengaruhi pasar keuangan global. Artinya hampir seluruh negara akan terkena imbasnya.

Ini pun termasuk Indonesia. Aliran modal akan mengalir kembali ke AS dan menyebabkan pelemahan pada nilai tukar.

Apabila tidak diantisipasi dengan tepat, Sri Mulyani mengungkapkan hal tersebut bisa menahan laju pemulihan ekonomi yang kini tengah berjalan.

"Ini tantangan baru pemulihan kita," pungkasnya.

Hal sama juga dikatakan Ekonom Senior Chatib Basri. Meningkatkan suku bunga AS akan mendorong aliran modal keluar (outflow) dari Indonesia yang menyebabkan pelemahan dari nilai tukar rupiah.

"Menyempitnya selisih yield obligasi pemerintah AS dengan Indonesia akan mendorong terjadinya outflow," katanya.

Hal yang sama juga terjadi pada 2013 lalu. Akan tetapi outflow yang terjadi diyakini tidak akan begitu besar, sebab kondisi fundamental ekonomi Indonesia kini jauh lebih baik. Sehingga bila melepas pergerakan rupiah adalah opsi yang dipilih regulator, maka pelemahannya tidak akan terlalu dalam.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan inflase kini menjadi ancaman serius di 2022. Apalagi karena negara Eropa misalnya, merupakan belahan bumi yang terkenal dengan inflasinya yang rendah.

"Bukan hanya sifatnya temporer tapi ini sifatnya permanen. Artinya kita akan memasuki masa inflasi dua hingga tiga tahun ke depan," katanya.

Ia menyakini apa apa yang terjadi di negara maju, tinggal menunggu hitungan hari, untuk menyebar ke negara berkembang. Berdampak dua sisi, bukan hanya moneter tapi juga ke perdagangan.

Inflasi tinggi membuat harga barang di statu negara naik. RI bisa membelli dengan harga yang lebih mahal, misalnya pangan impor.

Apalagi produk pangan utama dunia bandaj berasal dari negara maju. Ini akan menjadi masalah mengingat RI akan memasuki Ramadhan dan Idul Fitri.

(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular