Perang Dunia 3 di Depan Mata, Impor Minyak Bakal to The Moon!
Jakarta, CNBC Indonesia - Isu invasi Rusia ke Ukraina semakin kencang. Bahkan, berdasarkan laporan intelijen AS, mengutip Reuters, Senin (14/02/2022), invasi Rusia ke Ukraina akan terjadi pada Rabu pekan ini, meski tidak ada pejabat Negeri Adidaya yang bisa memberikan konfirmasi.
Jika itu sampai terjadi, maka ini akan menjadi awal dari Perang Dunia III.
"Invasi Rusia ke Ukraina bisa dimulai kapan saja. Kami tidak bisa memperkirakan waktunya, tetapi kami sudah sampaikan beberapa kali bahwa kemungkinan itu ada," kata Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
"Kami terus memantau dan membagikan kepada dunia bagaimana situasi di sana. Kami akan berupaya mencegah operasi serangan palsu yang mungkin menjadi awalan dari serangan sungguhan," tegas Sullivan.
Isu Perang Dunia III ini turut berdampak pada lonjakan harga minyak mentah dunia. Pada hari ini, Senin (14/02/2022) pukul 07:51 WIB, harga minyak jenis Brent berada di US$ 95,33 per barel, naik 0,94% dan menjadi rekor tertinggi sejak 2014.
Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 94,26 per barel, melesat 1,24%, juga berada di titik tertinggi sejak 2014.
Harga minyak mentah dunia ini sudah jauh lebih tinggi dibandingkan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang dipatok sebesar US$ 63 per barel. Artinya, selisih harga sudah mencapai US$ 32 per barel.
Realisasi harga minyak per hari ini pun bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi ICP rata-rata sepanjang 2021 yang sebesar US$ 68,47 per barel.
Bila Perang Dunia III ini benar terjadi, dan harga minyak semakin "memanas", maka bukan tidak mungkin nilai impor minyak dan LPG RI pada tahun ini akan semakin melonjak dibandingkan 2021.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, nilai impor minyak dan gas (LPG) RI selama Januari-Desember 2021 tercatat mencapai US$ 25,53 miliar, melonjak 79% dari US$ 14,26 miliar pada periode yang sama pada 2020.
Padahal, dari sisi volume impor migas hanya naik sekitar 12% menjadi 42,13 juta ton pada 2021 dari 37,65 juta ton pada 2020. Dengan kian meroketnya harga minyak akibat makin panasnya situasi geopolitik di Eropa ini, maka bukan tak mungkin nilai impor migas RI kian melejit.
Khusus impor minyak mentah RI sepanjang Januari-Desember 2021 tercatat mencapai 13,77 juta ton, naik 31% dari impor minyak mentah pada 2020 yang sebesar 10,51 juta ton.
Dari sisi nilai, bahkan kenaikannya lebih besar dari kenaikan di sisi volume impor. Nilai impor minyak mentah pada 2021 ini tercatat mencapai US$ 7,05 miliar, melonjak 108% dari US$ 3,39 miliar.
Sementara dari sisi volume, volume impor BBM RI selama 2021 "hanya" naik 5,5% menjadi 21,93 juta ton dari 29,79 juta ton sepanjang Januari-Desember 2020.
Sedangkan volume impor BBM terbesar masih berasal dari produk bensin, seperti bensin dengan nilai oktan (RON) di atas atau sama dengan 90 berupa Pertalite, Pertamax dan sejenisnya, dan juga bensin di bawah RON 90 berupa Premium (RON 88).
Adapun total impor hasil minyak, baik BBM jenis bensin, diesel, avtur, dan lainnya tercatat mencapai 21,93 juta ton pada 2021, naik 5% dibandingkan 2020 yang tercatat sebesar 20,79 juta ton. Dari sisi nilai, impor hasil minyak ini tercatat mencapai US$ 14,39 miliar, melonjak 74% dibandingkan impor pada 2020 yang sebesar US$ 8,28 miliar.
Sedangkan nilai impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) RI pada 2021 mencapai US$ 4,09 miliar atau sekitar Rp 58,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$), meroket 58,5% dibandingkan nilai impor pada 2020 lalu yang tercatat US$ 2,58 miliar.
Meski dari sisi nilai impor LPG ini naik signifikan, dari sisi volume impor hanya naik tipis. Berdasarkan data BPS, volume impor LPG sepanjang Januari-Desember 2021 tercatat sebesar 6,42 juta ton, naik tipis dari 6,35 juta ton pada 2020 lalu.
Adapun impor LPG tersebut terdiri dari impor bahan baku LPG yakni propana dan butana. Untuk impor propana pada 2021 tercatat sebesar 3,17 juta ton dan butana 3,21 juta ton.
(wia)