
Cerita Dirut Pertamina Soal Tantangan Transisi Energi, Cek!

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati membeberkan tantangan atas proses transisi energi dari yang sifatnya fosil ke energi baru terbarukan. Hal ini disampaikan oleh Nicke dalam pembukaan Forum Transisi Energi G20, pada Kamis (10/2/2022).
Nicke menyampaikan, bahwa untuk listrik energi hijau belum bisa ditransfer dan membutuhkan interkoneksi listrik. Makanya listrik dari energi baru dan terbarukan ini cenderung mahal karena infrastrukturnya masih belum memadai.
"Kami ingin mendetailkan di situ. How to accelerate itu banyak idenya. Tapi bagaimana, apa challanges kita untuk mendorong transisi ini yang mandiri tapi murah untuk masyarakat?" ungkap Nicke, Kamis (10/2/2022).
Maka dari itu dalam pertemuan tingkat tinggi di G20 nanti, Nicke bilang, akan membawa beberapa isu yang menjadi tantangan, diantaranya pendanaan dan teknologi. Alasannya, untuk teknologi supaya transisi energi ini bisa proven dan cepat digunakan.
"Global Colaboration ini tidak apa apa kita lakukan untuk bisa mengakses ke teknologi dan financing," terang Nicke.
Jika transisi energi berjalan, kata Nicke, yang paling penting adalah bagaimana skema yang dibuat itu affordable supaya masyarakat bisa menerima peralihan energi dengan baik. Misalnya soal motor listrik, Nikce bilang bukan hanya harga listriknya saja yang murah tapi kendaraannya juga harus murah.
"Belum tentu di rumahnya bisa ngecharge. Banyak listriknya yang masih disubsidi. Gak cuman butuh sharging station, tapi baterai swab. Nah, affordably ini yang penting. Kita developing country, ini bisa dischaleup di global," ungkap Nicke.
Sebelumnya, Nicke bilang, transisi energi merupakan tantangan bagi semua, namun juga harus dilihat sebagai peluang untuk menciptakan masa depan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan menerapkan skenario dan peta jalan yang kuat, terutama untuk aspek keuangan.
"Task Force Energy, Sustainability and Climate B20, ini memiliki prioritas yang sama dengan G20 Indonesia, dimana kami harus menjadi katalisator pemulihan hijau yang kuat dan berjalan seiring dengan prinsip-prinsip ketahanan energi, pemerataan energi, dan kelestarian lingkungan," ujar Nicke.
Nicke menuturkan, Task Force Energy, Sustainability and Climate akan merumuskan rekomendasi kebijakan untuk transisi energi berkelanjutan dengan fokus pada 3 isu prioritas.
Pertama, mempercepat transisi ke penggunaan energi yang berkelanjutan; untuk memastikan bahwa pemanasan global dibatasi maksimum 1,5 derajat Celcius. Topik utama yang telah diidentifikasi untuk pengembangan kebijakan adalah pengembangan industri bahan bakar alternatif seputar hidrogen dan biofuel.
Kemudian yang kedua, memastikan transisi yang adil dan terjangkau; kerja sama global dalam mitigasi dampak dan dukungan untuk beradaptasi dengan perubahan.
Lalu yang ketiga, kerja sama global dalam peningkatan ketahanan energi; untuk rumah tangga dan UMKM sebagai sarana untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dan mempercepat transisi energi ke penggunaan energi yang berkelanjutan.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Usaha Siap Sambut Penggunaan Energi Baru di RI