Dunia Usaha Siap Sambut Penggunaan Energi Baru di RI

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
16 December 2021 17:31
Ilustrasi (Photo by Andreas Gücklhorn on Unsplash)
Foto: Ilustrasi (Photo by Andreas Gücklhorn on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia telah menyiapkan sederet strategi untuk penggunaan energi baru dan terbarukan (ETB). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyebutkan, saat ini tengah disiapkan peta transisi energi menuju Net Zero Emission untuk periode 2021-2060. 

"Kebijakan energi global yang sedang berkembang saat ini adalah transisi dari energi fosil ke energi terbarukan yang minim emisi dan ramah lingkungan untuk mencapai target Net Zero Emission," kata Arifin belum lama ini. 

Untuk menuju target ini, dibutuhkan kerja sama dari pemerintah dan pihak swasta. Misalnya, untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang kini tengah digencarkan ada permasalahan yang kerap dibahas, yakni masalah nilai keekonomian.

Ketua Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang mengatakan, bahwa harga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) rata-rata US$ 5-7 sen per kiloWatt hour (kWh).

Sementara pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) seiring dengan majunya teknologi selama 10 tahun terakhir membuat harga listriknya juga semakin kompetitif, yakni di kisaran US$ 5-10 sen per kWh. 

Satya Widya Yudha, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) mengatakan, berbicara khusus mengenai PLTS, jika dibangun dengan kapasitas di atas 10 mega watt (MW), maka harga listriknya akan lebih kompetitif, yakni US$ 5-10 sen per kWh.

Jika dibandingkan dengan harga listrik dari PLTU yang menurutnya sekitar US$ 5-8 sen per kWh masih bisa kompetitif. PLTS menurut Satya, menjadi sumber EBT yang bisa dikembangkan, setelah itu pemerintah bisa memberikan insentif dan beberapa kemudahan di sisi investasi pada PLTS.

"Insentifnya apa, bisa disamakan dengan insentif yang diberikan negara lain," kata dia.

Sementara itu, Ketua Komite Tetap Kadin Indonesia Bidang EBT Muhammad Yusrizki bilang sektor swasta siap berlari kencang untuk mendukung akselerasi transisi energi. Apalagi transisi energi sudah menjadi agenda Pemerintah Indonesia dalam kerangka mitigasi emisi karbon.

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, lanjutnya, merupakan tonggak yang telah dinanti oleh sektor swasta yang mulai melakukan transisi energi. Kini pengusaha akan memprioritaskan penambahan kapasitas dari pembangkit EBT. 

Senada dengan Kadin, dari sisi sektor pembiayaan infrastruktur PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) misalnya, telah berkomitmen memprioritaskan proyek pembangunan pembangkit listrik dengan EBT hingga transportasi publik dalam rangka realisasi program infrastruktur hijau.

Direktur Utama SMI Edwin Syahruzad menjelaskan, beberapa proyek tersebut seperti pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga solar, pembangkit listrik tenaga biomassa, dan pembangkit listrik tenaga angin. Adapun transportasi publik menjadi prioritas karena proyek ini dinilai berkontribusi besar dalam menurunkan emisi global melalui pengalihan dari kendaraan pribadi menjadi transportasi publik.

Edwin mengakui untuk membangun proyek infrastruktur hijau dan investasi hijau (green investment) masih dihadapkan berbagai tantangan. Di antaranya akses teknologi, sumber pendanaan, dan keterjangkauan.

"Jadi proses transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan tentu saja harus dilakukan secara gradual karena ini menyangkut affordability dari kita sebagai negara berkembang," jelas Edwin.

Tantangan mengenai pendanaan dalam proyek tersebut terjadi karena nilai investasi yang sangat besar dalam mengubah bauran sumber energi. Implementasi program energi transisi dibutuhkan masa transisi dan usaha keras, dan memerlukan dukungan semua pihak. 

Dihubungi terpisah, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin berujar, ada beberapa catatan yang harus dilakukan oleh Indonesia sebelum menuju ekonomi hijau. Dia menilai sektor usaha memerlukan sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan kapasitas yang memahami serta menyadari program ekonomi hijau. 

Selain itu, sektor usaha perlu melakukan pengembangan green product dengan mempertimbangkan produk-ramah lingkungan. Selanjutnya yakni pengembangan teknologi digital karena akan membantu dalam rangka persiapan menuju ekonomi hijau.

"Green SDM, lebih ke penerapan dari awal proses rekrutmen sampai pensiun. Meski masih jauh untuk dunia usaha di Indonesia saat ini, tapi patut menjadi renungan. Indonesia belum siap, tetapi harus siap," terangnya kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

Selain insentif dari pemerintah, dunia usaha, hingga SDM yang mumpuni, dukungan diperlukan dari pihak perbankan terutama dari sisi pendanaan dan berbagai solusi lainnya. Untuk penggunaan energi yang lebih bersahabat telah dilakukan oleh Bank UOB, salah satunya melalui program U-Solar. Program ini menjadi ekosistem industri tenaga surya pertama di Asia yang mendorong pengembangan dan pemanfaatan EBT di seluruh Asia Tenggara.

Solusi ini mencakup penyediaan manajemen kas dan pembiayaan hijau untuk pengembangan proyek tenaga surya, serta solusi pembiayaan berbasis kontrak end-to-end untuk kontraktor engineering, procurement, construction and commissioning (EPCC). 

Program U-Solar UOB telah memfasilitasi pengadaan tenaga surya hingga mencapai 160 gigawatt jam di seluruh ASEAN dan mengurangi lebih dari 77.200 ton CO2- ekuivalen (tCO2e) dalam emisi gas rumah kaca (GRK).

Pengurangan emisi gas rumah kaca ini setara dengan menanam hampir 1,3 juta bibit pohon selama 10 tahun atau menghilangkan hampir 17.000 mobil dari jalanan selama satu tahun. UOB juga menawarkan bunga nol persen untuk paket cicilan bagi pemilik rumah yang beralih menggunakan tenaga surya melalui kerja sama dengan penyedia layanan tenaga surya setempat. 

Program U-Solar adalah bagian dari UOB Smart City Sustainable Finance Framework yang memandu upaya pembiayaan UOB dalam mendukung pengembangan kota cerdas dan berkelanjutan di seluruh wilayah ASEAN. Selain itu, U- Solar sejalan dengan fokus pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan melalui tenaga surya.


(pay/pay)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mencari Dukungan Finansial Energi Terbarukan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular