Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia pada 2021 memang tumbuh positif, prestasi yang patut mendapat apresiasi. Apalagi tahun sebelumnya Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kontraksi atau tumbuh negatif.
Pada Senin (7/2/2022), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 3,69% pada 2021. Membaik ketimbang 2020 yang -2,07%.
Nilai PDB pada 2021 tercatat Rp 16.970,8 triliun. Ini menandakan ekonomi Tanah Air sudah melebihi masa pra-pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Dengan PDB sebesar itu, maka per kapita menjadi Rp 62,2 juta. Dalam dolar Amerika Serikat (AS), nilainya adalah US$ 4.349,5.
Sebagai informasi, nilai PDB Indonesia pada 2019, sebelum pandemi virus corona, adalah Rp 15.833,9 triliun. Kala itu, PDB per kapita adalah Rp 59,1 juta (US$ 4.174,9).
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi masih disumbangkan oleh dua sumber utama yakni konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi. Keduanya menyumbang 85,23% dalam pembentukan PDB.
Sepanjang 2021, konsumsi rumah tangga tumbuh 2,02%. Membaik dibandingkan 2020 yang -2,63%.
Sementara PMTB tumbuh 3,8%. Membaik dibandingkan 2020 yang -4,96%.
Halaman Selanjutnya --> Batu Bara dan Sawit, Andalan Ekspor Indonesia
Namun yang paling mencolok adalah ekspor. Sepanjang 2021, ekspor melesat 24,04%. Jauh membaik ketimbang 2020 yang -8,14%.
"Pada kuartal IV-2021, harga minyak kelapa sawit meningkat 42,4% yoy, batu bara 168,01% yoy, nikel naik 23,9% yoy. Peningkatan harga internasional ini mendorong ekspor tumbuh impresif," kata Margo Yuwono, Kepala BPS.
Ya, adalah harga komoditas yang membuat ekspor melambung. Indonesia, negara penghasil berbagai komoditas utama dunia, diuntungkan dengan kenaikan harga.
Dua komoditas utama andalan ekspor Indonesia adalah bahan bakar minerak (yang didominasi batu bara) serta minyak dan lemak hewan/nabati (yang didominasi minyak sawit mentah). Keduanya berkontribusi hampir 30% terhadap total ekspor non-migas Indonesia.
Pada 2021, nilai ekspor bahan bakar mineral adalah US$ 32,84 miliar, meroket 90,3% dibandingkan 2020. Sementara nilai ekspor lemak dan minyak hewan nabati adalah US$ 32,82 miliar, melonjak 58,48% dibandingkan 2020.
Sepanjang 2021, nilai ekspor Indonesia adalah US$ 231,54 miliar. Ini adalah rekor ekspor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
Halaman Selanjutnya --> Taiwan Sukses Ekspor Produk Manufaktur
Namun pencapaian ekspor Indonesia yang impresif itu rasanya bukan dari hasil kerja keras. Ini lebih kepada kejatuhan 'durian runtuh'. Berkah yang datang begitu saja tanpa diduga-duga, tanpa perlu berusaha.
Kenaikan harga komoditas memang membuat nilai ekspor Indonesia melonjak. Akan tetapi, yang namanya barang mentah, tentu harganya tidak setinggi produk jadi atau bahkan setengah jadi.
Ambil contoh Taiwan. Negara yang oleh China diakui sebagai provinsi ini awalnya seperti Indonesia, mengandalkan komoditas pertanian sebagai sumber pundi-pundi ekspor.
Selama sekitar empat dekade, Taiwan berubah dari negara agraris menjadi industrialis. Ekspor menyumbang 70% terhadap PDB Taiwan, di mana 98% dari ekspor adalah produk Indonesia.
Pada 2021, produk ekspor utama Taiwan adalah produk elektronik (33,1% dari total ekspor). Disusul oleh produk audio-video dan komunikasi (10,8%), logam dasar (8,8%), barang dari plastik dan karet (7,1%), serta mesin (7,5%).
Produk manufaktur seperti ini tentu harganya lebih mahal ketimbang menjual barang komoditas mentah. Jadi tidak heran Taiwan bisa meraup pendapatan ekspor yang jauh lebih tinggi ketimbang Indonesia.
Tahun lalu, nilai ekspor Taiwan mencapai US$ 446,44 miliar, rekor tertinggi sepanjang sejarah. Nilai ekspor Taiwan hampir dua kali lipat lebih banyak ketimbang Indoneisa.
Kalau ingin menikmati cuan setinggi Taiwan, maka Indonesia harus berubah. Jangan lagi hanya bergantung kepada menjual 'tanah air', tanah dan air Ibu Pertiwi dikeruk untuk dijual kekayaannya secara langsung tanpa diolah.
TIM RISET CNBC INDONESIA