
Panas Perang Dunia III, AS Beri Warning Perusahaan China

Jakarta, CNBC Indonesia - Bola panas kemungkinan perang dunia ketiga terus bergulir. Kali ini, Amerika Serikat (AS) memberikan peringatan keras kepada perusahaan China.
AS me-warning setiap entitas yang masih terlibat dalam kegiatan ekspor ke Rusia. Pasalnya Moskow masih dalam sanksi Washington karena konflik dengan Ukraina.
Dalam keterangan pers, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menegaskan akan ada konsekuensi serius bila perusahaan Negeri Tirai Bambu tetap meneruskan hal ini. Pernyataan itu juga menanggapi pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov dan Menlu China Wang Yi yang berlangsung di Beijing Kamis (3/2/2021).
"Kami memiliki serangkaian alat yang dapat digunakan jika melihat perusahaan asing, termasuk yang ada di China, melakukan tindakan untuk mengisi kembali kontrol ekspor AS, menghindarinya atau menyiasatinya," kata Price dalam jumpa pers dikutip CNBC International, Jumat (4/2/2022).
Price pun menambahkan bahwa Rusia harus tahu bahwa hubungan dekatnya dengan Beijing tidak akan mampu melampaui konsekuensi yang akan diterima. Terutama jika benar negeri itu menyerang Ukrania dengan invasi militer.
"Jika Rusia berpikir ... akan mengurangi beberapa konsekuensi itu, dengan hubungan yang lebih dekat dengan (China), itu tidak terjadi. Ini hanya akan membuat ekonomi Rusia dalam banyak hal, lebih rapuh," tambahnya.
"Jika Anda menyangkal kemampuan untuk bertransaksi dengan Barat, untuk mengimpor dengan Barat- dari Eropa dan AS- Anda akan secara signifikan menurunkan kapasitas produktif dan potensi inovasi Anda."
AS dan negara-negara Eropa saat ini menerapkan sanksi untuk Rusia. Hal ini dilakukan sejak 2014 lalu di mana Moskow merebut wilayah Krimea dari Ukraina. Dalam konflik itu, Kremlin memberikan dukungan yang besar bagi para kelompok milisi yang memang berkeinginan agar wilayah di bibir Laut Hitam itu masuk kedaulatan Rusia.
Saat ini ketegangan serupa kembali terjadi. Rusia disebut-sebut telah melakukan mobilisasi ratusan ribu pasukan ke wilayah dekat Ukraina.
Moskow menyebut ini merupakan balasan atas manuver Ukraina. Bekas Uni Soviet itu meminta bantuan pada AS dan pakta pertahanan NATO untuk mengekang pasukan separatis Rusia yang masih berjuang merebut sepenuhnya wilayah Luhansk dan Donbass.
Sementara itu, dalam pertemuan terbaru kedua Menlu, Beijing menyatakan "pemahaman dan dukungan" ke Moskow. Pihak China menyebutkan AS dan negara-negara Barat lainnya harus menghormati tindakan Rusia.
Dikabarkan juga bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping akan melakukan pertemuan empat mata. Putin akan bertamu ke Beijing untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin.
(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping dan Biden Segera Ketemuan, Mau Akur Nih?
