
Perang Dagang AS-China, RI Bisa Ketiban Durian Runtuh Asal...

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang yang kembali memanas antara Amerika Serikat dengan China dinilai memunculkan peluang ekonomi untuk Indonesia, selain risiko. Indonesia bisa menari di tengah dua raksasa yang berkelahi.
Ekonom senior Raden Pardede mengatakan ketegangan hubungan antara China dengan Amerika sebenarnya telah dimulai sejak lama. Dia mengatakan Amerika khawatir China mampu menyaingi kekuatan ekonominya.
"Perang dagang ini berkaitan dengan perang teknologi, perang dagang dan perang politik. Dalam situasi seperti ini Indonesia bisa memposisikan diri di antara dua great power ini," kata Raden dikutip, Senin, (20/5/2024).
Dia mengatakan perang dagang ini membuat Amerika berupaya melepaskan ketergantungan impornya dari China. Caranya dengan memindahkan pusat produksi perusahaan-perusahaannya ke negara lain, seperti Meksiko dan Vietnam. Inilah yang membuat angka impor ke Amerika dari Meksiko dan Vietnam meningkat belakangan ini.
"Ada kecenderungan Amerika mencoba berteman dengan banyak negara," kata dia.
Raden mengatakan dalam kondisi inilah Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan kesempatan. Caranya dengan menarik para investor dari Amerika Serikat untuk memindahkan pusat produksinya ke Indonesia. "Kita bisa masuk ke situ, menjadi alternatif untuk menyuplai pasar di Amerika yang sebelumnya dipenuhi oleh China," katanya.
Raden menilai upaya ini memang tidak akan mudah. Terlebih melihat Meksiko yang secara geografis sangat dekat dengan Amerika. Maka itu, butuh upaya ekstra. "Jadi tidak bisa business as usual, kita harus bersaing dengan meksiko yang sangat dekat dengan Meksiko," kata dia.
Sebelumnya, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengumumkan tarif baru terhadap impor China senilai US$18 miliar atau sekitar Rp288 triliun. Gedung Putih mengatakan kenaikan tarif diperlukan untuk melindungi industri Amerika dari persaingan tidak sehat.
Mulai tahun ini, Presiden Joe Biden akan menaikkan tarif impor kendaraan listrik China sebanyak empat kali lipat, dari 25% menjadi 100%. Pajak impor panel surya China akan berlipat ganda, dari 25% menjadi 50%, dan tarif terhadap beberapa impor baja dan aluminium China akan meningkat lebih dari tiga kali lipat, dari 7,5% saat ini menjadi 25%.
Biden juga mengarahkan Perwakilan Dagang AS Katherine Tai untuk menaikkan tarif lebih dari tiga kali lipat pada baterai litium-ion untuk kendaraan listrik dan baterai litium yang dimaksudkan untuk penggunaan lain. Mulai tahun 2025, tarif impor semikonduktor China akan melonjak dari 25% menjadi 50%.
Dilansir Reuters, China mengecam tindakan pemerintahan Biden dan berjanji akan mengambil tindakan tegas untuk melindungi kepentingannya. Beijing menilai hal tersebut justru bisa menjadi senjata makan tuan.
Ekonom Utama Departemen Riset Ekonomi dan Kerja Sama Regional Bank Pembangunan Asia (ADB) Arief Ramayandi menilai rencana Amerika Serikat menaikkan tarif bea masuk produk dari China bisa memperlambat arus perdagangan global. Dia menilai hal tersebut juga bisa berdampak buruk pada perekonomian Asia, termasuk Indonesia.
"Kalau memang betul tarif impor dari China dinaikkan Amerika Serikat, maka arus perdagangan global bisa melambat," kata Arief dalam acara Asian Development Outlook 2024 Discussion di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis, (16/5/2024).
Arief mengatakan perekonomian Asia termasuk Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan kondisi perekonomian China. Dia mengatakan China banyak mengimpor bahan baku untuk produksinya dari negara-negara lain di Asia.
"Negara-negara yang ada di kawasan ini terhubung oleh rantai pasok, jadi produk akhir yang dikirim dari China ke Amerika Serikat itu punya kontribusi terhadap ekspor negara-negara di kawasan ini," kata dia.
Arief mengatakan apabila perang dagang ini terjadi, maka harapan bahwa permintaan global akan lebih baik pada 2024 dan 2025 bisa pupus. Ujung-ujungnya, ekspor negara-negara di kawasan termasuk Indonesia bisa tergerus karena perang dagang ini.
"Kalau itu terjadi artinya nett ekspor sebagai salah satu pendorong pertumbuhan mungkin akan menjadi tidak baik," kata dia.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Babak Baru Perang Dagang AS Vs China, Tarif Impor Naik Gila-gilaan