
Sederet Kabar Baik dari WHO Hingga Luhut Soal Omicron, Simak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia perlahan merangkak naik. Dalam beberapa hari terakhir, kasus harian melonjak cukup drastis, di atas 10.000.
Eskalasi peningkatan kasus tak lepas dari sebaran varian Omicron yang kian meluas. Sejak varian itu pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan menyebar ke sejumlah negara, terjadi peningkatan kasus secara masif.
Kemarin, kasus Covid-19 di Indonesia bertambah hingga 16.021 kasus, di mana DKI Jakarta menjadi provinsi penyumbang tertinggi kasus mencapai 6.391 orang per hari.
Kasus varian Omicron memang hingga saat ini masih terpusat di Ibu Kota. Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta kemarin, ada sebanyak 4.711 kasus aktif Covid-19, di mana sebanyak 2.892 orang adalah kasus Covid-19 varian Omicron.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan penularan varian omicron tak hanya berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
"Dari 2.892 orang yang terinfeksi, sebanyak 1.581 orang adalah PPLN, sedangkan 1.311 lainnya adalah transmisi lokal," kata Dwi dalam keterangan tertulis, seperti dikutip Rabu (2/2/2022).
Adapun rasio kasus positif di wilayah yang dipimpin Anies Baswedan itu juga saat ini lebih tinggi dari standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5%.
Persentase kasus positif di Jakarta sebesar 16%. Sementara itu, persentase kasus positif secara total adalah 10,9%.
Halaman Selanjutnya >>> Masih Ada Kabar Baik
Jika melihat data setidaknya dalam satu minggu terakhir, sebaran varian Omicron memang cukup menyeramkan. Kasus Covid-19 di Indonesia yang mulai terkendali, kini perlahan tapi pasti mengalami lonjakan.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada kabar baik. Varian Omicron memang menginfeksi lebih cepat, namun pasien yang terjangkit varian tersebut mengalami gejala ringan.
Hal tersebut dikemukakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) awal pekan ini.
"Yang kasusnya berat, sedang kritis, membutuhkan oksigen itu sekitar 8%," kata Budi Gunadi, seperti dikutip Rabu (2/2/2022).
Merinci lebih jauh, sekitar 90% pasien positif Omicron bergejala ringan hingga tanpa gejala menjalani perawatan di rumah sakit. Adapun 35% hingga 45% adalah orang tanpa gejala.
"Pasien bergejala ringan berkisar 50%," kata Budi.
Kabar baik juga disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut memang mengakui bahwa terjadi kenaikan kasus Covid-19 Jawa-Bali.
"Namun terdapat penurunan pertumbuhan kasus harian dalam tujuh hari terakhir," kata Luhut.
Selain itu, kasus konfirmasi saat ini masih berada di angka seperlima dari puncak varian Delta pada Juli tahun lalu. Luhut juga memastikan jumlah rawat inap rumah sakit masih cukup aman.
"Estimasi ini kami lakukan sebagai langkah mitigasi apabila terjadi keganasan dari Omicron ini," tegasnya,
Beberapa waktu lalu, saat pertemuan di Davos WHO mengatakan sejumlah hal memberikan sinyal bahwa tahun ini akan jadi titik balik pandemi. Di mana pandemi bisa berubah menjadi virus endemik.
Endemik adalah wabah penyakit yang secara konsisten ada tetapi terbatas pada wilayah tertentu. Seperti halnya sejumlah penyakit seperti malaria dan HIV.
"Kita tidak akan mengakhiri virus tahun ini, kita tidak akan pernah bisa mengakhiri virus. Namun yang dapat kita akhiri adalah 'darurat kesehatan masyarakat. "Endemik tidak berarti 'baik', itu hanya berarti 'di sini selamanya'," kata Direktur Darurat WHO Michael Ryan
"Apa yang perlu kita lakukan adalah mencapai tingkat kejadian penyakit yang rendah dengan vaksinasi maksimum dari populasi kita sehingga tak ada yang harus mati. Itulah akhir dari keadaan darurat dalam pandangan saya. Itulah akhir dari pandemi."
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sengatan Nyata Omicron: Kasus Covid-19 DKI Melonjak!
