
Masker End! Tambah Lagi Negara 'Berdamai' dengan Omicron

Jakarta, CNBC Indonesia - Prancis mulai berdamai dengan pandemi Covid-19, termasuk varian Omicron. Kali ini negara tersebut mencabut aturan pembatasan virus corona.
Masker, tak lagi wajib dikenakan di luar ruangan per Rabu (2/2/2022). Tidak hanya itu, batas kapasitas penonton untuk ruang konser, pertandingan olahraga, dan acara lainnya juga dihapus.
Langkah ini memulai rangkaian relaksasi pencabutan pembatasan Covid-19 yang diumumkan pada akhir Januari lalu, saat rekor kasus harian terjadi. Namun, bekerja dari rumah (wfh) tetap disarankan.
"Prancis akan dapat mencabut sebagian besar pembatasan yang diambil untuk mengekang epidemi pada Februari berkat izin vaksinasi baru, yang menggantikan izin kesehatan," kata Perdana Menteri Jean Castex pada Januari lalu, dikutip dari AFP.
Sejak Januari, bukti bukti vaksin diperlukan untuk sejumlah hal, seperti mengakses bar dan restoran hingga transportasi umum jarak jauh. Sebelumnya, izin kesehatan juga dapat diperoleh dengan tes Covid-19 negatif terbaru.
Ke depan, pemerintah juga akan kembali membuka klub malam yang tutup sejak Desember, 16 Februari. Makan dan minum juga akan diizinkan di stadion, bioskop.
Sementara itu, pihak berwenang memandang ancaman varian Omicron terbatas dan kurang berbahaya daripada jenis virus sebelumnya. Namun memang, varian terbaru ini dipastikan memang lebih menular.
"Kami telah melihat pembalikan tren, melemah selama beberapa hari terakhir. Ada lebih sedikit kasus yang diumumkan setiap hari daripada tujuh hari sebelumnya," kata juru bicara pemerintah Gabriel Attal kepada radio France Info, Selasa (1/2/2022).
Prancis mencatat rata-rata 322.256 kasus tercatat selama tujuh hari. Sementara pekan sebelumnya, negeri itu mencatat rata-rata 366.179 kasus. Mengutip Worldometers, Prancis tercatat memiliki total 19.557.626 kasus infeksi dan 131.312 kematian sejak pandemi mewabah.
Kemarin, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberi peringatan soal tren ini. Lembaga PBB itu mengatakan banyak negara belum mencapai puncak kasus varian Covid-19 itu.
Karenanya WHO meminta langkah-langkah pelonggaran harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati. Apalagi faktanya, di banyak negara, masih banyak individu yang belum mendapat vaksin dan menjadi rentan.
"Kami mendesak agar berhati-hati karena banyak negara belum melewati puncak Omicron. Banyak negara memiliki tingkat cakupan vaksinasi yang rendah dengan individu yang sangat rentan dalam populasi mereka," kata Pemimpin Teknis WHO Maria Van Kerkhove dalam briefing online, Selasa (1/2/2022).
"Jadi sekarang bukan saatnya untuk melonggarkan semuanya sekaligus. Kami selalu mengimbau, selalu sangat berhati-hati, dalam menerapkan intervensi serta mencabut intervensi tersebut secara perlahan, selangkah demi selangkah. Karena virus ini cukup dinamis."
Hal yang sama juga dikatakan Direktur Jenderal WHO Tetras Adhanom Ghenbreyesus. Ia mengaku prihatin dengan narasi yang beredar di beberapa negara belakangan ini.
"Karena vaksin, dan karena penularan Omicron yang tinggi dan tingkat keparahan yang lebih rendah, mencegah penularan tidak mungkin lagi, dan tidak lagi diperlukan," katanya menyinggung sejumlah negara.
"Masih terlalu dini bagi negara mana pun untuk menyerah atau menyatakan kemenangan."
(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Satu-Satu Negara Dunia Kebobolan Omicron, Prancis Terbaru!